Salah seorang teman saya yang dikenal berprestasi dikeluarganya dan merupakan anak kebanggaan sedari kecil, tiba-tiba memilih lelaki yang menjadi karyawannya untuk menjadi pendamping hidupnya. Meski keluarga besarnya kurang setuju, mengingat perbedaan mereka yang cukup mencolok. Namun teman saya itu tetap tak terpengaruh, karena merasa tidak main-main dengan pilihannya. Mengingat selama ini dia sangat sulit jatuh cinta, maka dia tetap pada pendiriannya untuk menikahi lelaki yang notabene masih dibawahnya. Tidak hanya dalam hal karir (sebab teman saya itu bosnya si calon suami) tapi juga dari segi usia.
Dan takdir hidup siapa yang tahu. Tiba-tiba usaha teman saya itu yaitu usaha dibidang restoran, mengalami kebangkrutan. Otomatis kehidupan ekonominya jauh dari mapan seperti dulu. Sedangkan lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya, hanya mampu bekerja sebagai pelayan restoran atau bekerja serabutan untuk menghidupi dirinya dan kedua orang anaknya, karena tidak memiliki keahlian dan tingkat pendidikan yang tinggi, sebab hanya tamatan SMA. Dan, percekcokan pun sering terjadi, karena masalah ekonomi. Wajar saja, mengingat dulunya teman saya biasa hidup senang, tapi sekarang sering mengalami kesulitan keuangan.
Keluarga besarnya pun mulai berkomentar, “Mengapa dulu mau saja menikah dengan lelaki yang lebih rendah penghasilannya? hingga tidak bisa memberikan kehidupan ekonomi yang mapan.” Dan mengatakan bahwa teman saya itu telah salah memilih suami. Mulanya teman saya sebut saja si A, merasa malu dan menyesal dengan pilihannya. Tapi lama-lama akhirnya bisa menerima kekurangan suaminya yang tak bisa memberikannya materi berlimpah seperti dulu. Mengingat sang suami begitu menyayangi dirinya dan anak-anaknya. Disamping itu teman saya menyadari kelebihan suaminya yang lain, yaitu tak pernah gengsi membantu dirinya mengurus anak, bahkan mencuci pakaian sekalipun bila dia sedang repot ataupun capek mengurus rumah tangga sendiri. Maklumlah tak ada pembantu. Mengingat mereka tidak sanggup menggaji seorang pembantu karena uang gaji suaminya hanya cukup buat makan sehari-hari. Teman saya pun akhirnya menyadari bahwa bila hanya melihat dari segi materi saja, jelas kekecewaan yang ia rasakan terus-menerus. Teman saya pun akhirnya bangkit dari rasa kecewanya secara perlahan-lahan. Dan mulai ikhlas dengan jalan hidup yang ia pilih sendiri, hingga tak pernah berpikir untuk bercerai dari suaminya.
Setiap wanita ingin mendapatkan suami yang mendekati sempurna. Baik dari segi materi, fisik, budi pekerti juga agamanya. Dialah lelaki sejati yang didambakan oleh semua kaum hawa. Padahal mencari pasangan yang ideal menurut kita tentulah tidak mudah. Biasanya sebelum kita memilihnya menjadi suami, kita merasa dialah lelaki yang tepat buat kita, selain rasa cinta yang kuat. Tapi, mengapa masih banyak saja kita dengar dan lihat akhirnya sang wanita memilih bercerai ataupun tega menduakan suaminya dengan alasan ekonomi, perbedaan prinsip, juga hal lainnya.
Apakah sang wanita merasa telah salah memilih suami? hingga memutuskan jalan perceraian atau perselingkuhanlah yang bisa menyelesaikan masalah rumah tangganya. Rasa kecewa pun muncul karena merasa suami yang dipilih tak sesuai harapan. Kata orang-orang bagaikan membeli kucing di dalam karung. Jadi selama pedekate dia hanya melihat yang indah-indahnya saja dari calon pasangannya. Kejelekannya seolah tak tampak di depan mata. Setelah menjadi istrinya, dia pun merasa tertipu. Padahal kalau kita mengikuti kaidah agama tentang mencari calon suami yang baik, Alqur’an sudah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa kriteria memilih pasangan yang paling utama lihatlah agamanya. Sedangkan harta dan ketampanan baru disebutkan kemudian.
Orang yang baik agamanya insya Allah baik juga akhlaknya.Tapi soal cocok tidaknya dia menjadi suami kita, hanya Allahlah yang tahu yang terbaik buat kita. Itulah perlunya sebelum kita menjatuhkan pilihan, kita disuruh memohon kepada Allah untuk ditunjukkan siapa jodoh terbaik yang Tuhan pilihkan buat kita. Salah satunya melalui solat istikhoroh. Karena boleh jadi sesorang yang mulanya tidak kita sukai, tapi menurut Allah dia adalah orang yang terbaik untuk mendampingi hidup kita di dunia dan akhirat. Karena Allah sendiri sudah mengatakan bahwa lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula. Wallahu a’lam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar