novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Senin, 01 Februari 2010

Harta yang sangat mahal itu bernama kesehatan




Ibuku mengalami musibah dengan kehilangan kedua anaknya sekaligus karena penyakit yang sama yaitu kanker hati. Sebagai anak sekaligus seorang ibu, aku bisa merasakan betapa terpukulnya batin ibuku. Apalagi disaat kedua kakak lelakiku itu dipanggil Tuhan, sementara kala itu ayahku sudah lebih dulu tiada. Sehingga ibu hanya bisa membagi kesedihannya pada kami anak-anaknya.

Memang semasa hidupnya mereka (red; kedua kakak lelakiku) itu kurang pintar menjaga kesehatan. Pola makan mereka terbilang kurang baik, alias tidak berpantang. Hampir setiap hari sukanya makan yang berlemak tinggi seperti makanan bersantan, daging ayam, terutama rendang. Mungkin karena kami orang padang. Tapi celakanya tidak dibarengi dengan memakan sayuran karena kedua kakakku itu tidak suka makan sayur, apalagi sayur yang bening-bening. Ditambah lagi jarang berolahraga.

Masih terbayang dibenakku bagaimana kondisi kakakku yang sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski ditengah penyakit kanker yang tengah menyerangnya dia masih memiliki semangat hidup yang tinggi. Akhirnya barang-barang miliknya termasuk tanah seluas 500 meter terpaksa dijual oleh istrinya, demi membiayai pengobatan suaminya yang sangat mahal. Padahal mereka masih mengontrak waktu itu.

Sebagai seorang ibu yang memiliki tiga orang anak, aku juga pernah merasakan betapa sedihnya ketika anak-anakku mendapatkan penyakit hingga sampai dirawat. Anakku yang pertama pernah dirawat gara-gara diare hingga sepuluh hari lamanya. Anakku yang kedua juga pernah dirawat karena diare, bahkan lebih lama lagi dirawat yaitu hampir dua minggu lamanya. Hingga tabungan kami terpaksa dikuras karena tak sedikit biaya yang harus dibayar. Sementara saat mengandung anak ketiga aku sering keluar masuk rumah sakit karena sakit maag. Karena kondisiku yang sangat lemah, aku pun melahirkan dengan cara di operasi. Mengingat banyaknya biaya yang dikeluarkan dari semenjak hamil hingga melahirkan, anakku pun disebut sebagai anak mahal oleh para perawat dan orang sekitarku.

Hikmah dari semua kejadian ini membuatku semakin termotivasi untuk lebih menjaga kesehatan tubuhku. Mengingat bahwa tubuh kita adalah amanah dari Allah. Hingga kita wajib menjaga dan memeliharanya. Bukankah Rasulullah sendiri pernah bersabda “Makanlah sebelum lapar. Dan berhentilah sebelum kenyang. Agar tersisa ruang 1/3 buat makananmu, 1/3 untuk minummu, dan 1/3 lagi untuk kau bernafas.”

Dari sabda Nabi saw diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa perut kita ini bukanlah tong sampah, yang bisa dimasuki oleh makanan apapun juga. Tak perduli apakah makanan itu sehat dan baik untuk tubuh kita. Ataupun tak memperhatikan kehalalannya. Bukankah kalau kita sudah terkena penyakit, maka penderitaanlah yang kita rasakan dalam menahan rasa sakit tersebut. Belum lagi biaya-biaya yang tidak sedikit yang harus kita keluarkan agar segera cepat sembuh. Kalau sudah begitu, barulah kita menyadarai betapa mahalnya harga kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut