novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Sabtu, 15 Mei 2010

ketika anak demam tinggi




Salah seorang teman baikku mengalami ujian yang cukup berat. Bermula dari panas yang tiba-tiba menyerang anak mereka satu-satunya. Betapa kasihan melihatnya. Dari yang tadinya ceria sekarang terbaring lemah tak berdaya dirumah sakit. Tapi yang paling membuat mereka kalut adalah saat panasnya sudah turun dan dibawa pulang kerumah, gak tahunya 2 hari kemudian panasnya naik lagi ditambah kejang-kejang. Sebagai seorang ibu, aku dapat merasakan kepanikan dan kecemasan dari mata mereka.
Akhirnya setelah dirawat 3 hari, dokter mengatakan menyerah dan memberi rujukan untuk dibawa kerumah sakit yang lebih besar dan lengkap fasilitasnya. Mereka pun pusing tujuh keliling. Darimana lagi mencari uang untuk biaya berobat? Padahal suaminya hanya karyawan biasa yang gaji bulanannya tak seberapa. Karena sudah tak sanggup lagi, mereka pun memutuskan untuk membawa anaknya pulang kerumah.
Aku pun berpikir, betapa kasihannya bila orang kecil mengalami sakit parah. Dimana rumah sakit yang mau dibayar gratis? Apalagi bila dirujuk kerumah sakit swasta. Sekalipun ada, pastinya urusannya agak ribet. Akhirnya anak mereka diobati dengan cara kampung saja. Untunglah warga kampung mau membantu. Ada yang membantu secara materi dengan urunan semampunya. Dan bantuan moril seperti menunggui anaknya yang sakit sewaktu dirumah sakit juga ketika sudah pulang kerumah. Hingga temanku itu merasa mendapatkan dukungan.
Setelah beberapa hari diobati dirumah, suatu hari anaknya mendadak diam seperti tak bernyawa. Namun kedua matanya terbuka lebar. Mereka pun bertambah stress dan begitu tertekan melihat kondisi anaknya. Lagi lagi warga kampung terus membacakan doa dan syalawat dikuping anaknya yang terlihat seperti orang yang tengah sekarat. Ya Alllah…sungguh tak sampai hati melihatnya. Diam-diam aku berdoa didalam hati agar penyakit anaknya segera diambil saja, agar penderitaanya berkurang. Jangan dulu kau ambil anaknya ya Rabbi. Rasanya berat sekali bagi temanku kalau sampai kehilangan anak satu-satunya. Mengingat selama ini begitu susahnya dia memiliki anak.
Terus terang, aku jadi ikut tidak tenang. Naluri seorang ibu tiba-tiba terasa begitu dalam. Sehingga aku pun bolak-balik melihat perkembangan anaknya. Syukurlah setelah diobati oleh orang pintar dengan dibacakan ayat-ayat suci alqur’an anaknya bisa tertidur pulas dengan mata terpejam. Setelah beberapa hari selalu terbuka. Menurut dokter panasnya sudah mempengaruhi syaraf otaknya. Itulah yang membuat anaknya sulit memejamkan mata.
Setelah merasa sedikit tenang, kembali temanku dilanda kepanikan yang amat sangat. Tiba-tiba saja anaknya tak mau makan dan minum susu. Yang lebih tragis lagi, sebentar-sebentar tangannya terkepal dan badannya mengejang seperti menahan rasa sakit yang amat sangat. Dan itu berlangsung terus sampai hari ketiga. Malah sekarang matanya membelalak keatas. Dan mulutnya miring kesamping. Dan benar saja. Keesokan harinya, temanku menyampaikan dengan berurai air mata bahwa anaknya diambil kembali oleh Yang Kuasa.

Menghadapi anak yang demam, apalagi sampai demam tinggi tentu membuat kita panik. Kebetulan ketiga anak saya berbeda-beda daya tahan tubuhnya. Anakku yang pertama walau panasnya sudah tinggi tapi masih kuat. Sedangkan anak keduaku bila panas tinggi akan mengalami kejang-kejang. Untuk itulah sebagai seorang ibu, kita harus mengenal tabiat masing-masing anak. Usahakan selalu sedia obat panas dirumah untuk berjaga-jaga.
Bila demam tak juga turun lebih dari tiga hari, segeralah bawa berobat ke dokter untuk diperiksa darahnya. Karena bisa saja anak kita terindikasi demam berdarah, typus, atau penyakit serius lainnya. Terkadang saat anak mau tumbuh gigi ada juga yang tidak kuat sehingga menjadi demam. Contohnya anak saya yang paling kecil. Setiap giginya mau tumbuh, biasanya bisa demam sampe tiga hari. Demam bisa juga terjadi karena anak kita baru diimunisasi. Terutama imunisasi dpt. Hanya saja demam seperti ini tidaklah bahaya. Kita hanya perlu minta obat penurun panas pada bidan atau dokter tempat anak kita diberi vaksin tersebut.
Usahakan saat anak demam, jangan memakai baju yang serba tertutup dan tebal. Pakailah baju yang nyaman dan tipis serta terbuka. Apalagi sampai disekap atau diselimuti. Bisa- bisa hawa panasnya masuk kedalam tubuh. Bisa tambah bahaya. Lebih baik lagi bila demam masih tinggi setelah diberi obat, segera kita kompres dengan air hangat, bukan air dingin. Untuk menyesuaikan dengan suhu tubuhnya. Semoga bermanfaat pengalaman yang saya bagikan ini.

Minggu, 02 Mei 2010

mental yang juara


Belakangan ini semakin semarak diadakannya aneka lomba. Baik itu lomba menyanyi, menulis, menggambar, juga lomba yang lainnya. Selain persiapan yang matang, kesiapan mental juga sangat diperlukan. Dan mental juara itulah yang harus dimiliki oleh setiap peserta lomba. Dengan begitu, akan tumbuh semangat untuk menjadi pemenang. Seseorang yang memiliki mental juara tentu memilki rasa percaya diri yang tinggi, karena merasa usaha dan persiapan dilakukan semaksimal mungkin, agar memenuhi syarat untuk menjadi seorang juara.
Namun bila segala usaha telah dilakukan tapi akhirnya kita tak terpilih sebagai pemenang, akankah kita menghujat orang lain atas kekalahan kita? Menganggap telah terjadi kecurangan atau adanya indikasi pilih kasih misalnya. Atau dengan sombongnya mengatakan bahwa seharusnya sayalah yang jadi juara, karena merasa telah melakukan yang terbaik. Dan beranggapan hasilnya juga yang terbaik diantara peserta lainnya.
Kita lupa bahwa yang kalah bukan diri kita seorang. Yang lain juga merasakannya. Apakah mereka juga menggugat juri atau pihak penyelenggara lomba? Menyadari tak sedikit jumlah peserta yang ikut, bahkan bisa ribuan orang. Jadi wajar kalau juri harus memilih salah satu peserta terbaik diantara yang terbaik. Yang harus kita ingat adalah seandainya kita menang, sudah pantaskah kita menjadi pemenang? Dan bila kita kalah, mungkin kita belum pantas untuk keluar sebagai pemenangnya. Bukankah dalam sebuah lomba harus ada yang kalah dan yang menang? Dan itu merupakan sebuah keharusan. Yang terpenting bukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. Tapi mental untuk menerima kekalahan dan kemenangan itu sendiri. Barulah seseorang bisa dikatakan memiliki mental yang juara.

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut