novel yang diangkat dari kisah nyata
Kamis, 15 September 2011
tak ada yang abadi
“Gimana Cinta? Kamu relakan aku menikahinya?” Aku tak bergeming. Bagiku, ini sebuah permintaan yang sangat mengejutkan dan menyakitkan sepanjang hidupku.
“Please Cinta! Suamimu ini melakukannya karena kasihan. Kamu tahu kan betapa besar cintaku padamu? Sekali lagi aku hanya ingin menolongnya, tak lebih!” Lagi-lagi mulutku terkunci rapat. Seolah kata-kata tak sanggup untuk keluar dari mulutku. Meski suamiku sudah bosan menunggu kata iya dariku. Akh, andaikan kata tersebut terlontar dari bibir tipisku ini, pastilah karena terpaksa.
Dengan hati yang bergemuruh karena marah, aku pun kembali mengunci diri di kamar. Meratapi nasib rumah tanggaku yang kini dihantam gelombang yang amat besar dan dahsyat. Hingga mampu menenggelamkan bahtera yang tengah kami arungi bersama. Dan semua itu karena wanita lain yang kini mencoba menggoyang biduk yang telah kami arungi selama sepuluh tahun ini. Sebagai kompensasinya, berhari-berhari suamiku tak kuajak bicara. Aku ngambek-sengambeknya.
Karena tak tahan mendengar rengekan suami terus- menerus, akhirnya keluarlah sebuah jawaban “Baiklah Bang, aku akan menjawabnya. Tapi beri aku waktu sampai bulan depan.”
“Akhirnya kamu mau membuka suara Cinta. Apapun keputusanmu, Abang akan tetap menunggunya. “ Deg! Hatiku kembali teriris pedih. Membayangkan jawaban yang akan kuberikan setelah aku berkonsultasi pada Yang Diatas. Yah, aku serahkan semua pada-Nya.
Ini malam ke 29 aku memohon pada-Nya. Bermunajat agar hati ini kuat dan ikhlas memberikan jawaban yang terbaik buat semuanya. Buat suamiku, janda miskin beranak tiga tersebut juga buat diriku. Setelah puas menumpahkan isi hati diatas sajadah merah, aku pun kembali ke peraduan dengan hati yang lebih lapang dari sebelumnya. Sebelum kurebahkan diri disamping Abang, kutatap wajahnya yang putih bersih. Kenangan demi kenangan manis pun berkelebat. Saat pertama kali bertemu dengan Abang hingga akhirnya sampai ke pelaminan. Butir-butir bening kembali menetes dari kedua mataku. Membayangkan Abang harus tidur bersama wanita lain
Sungguh! tak pernah terlintas dibenak istri manapun termasuk diriku. Bagiku, pernikahan adalah sebuah ikatan suci yang menyatukan dua hati untuk hidup selama-lamanya. Ever after….Tapi, takdir hidup siapa yang tahu? Bila Sang Pemilik cinta sendiri yaitu Allah azza wazala menghadirkan rasa cinta kembali dihati hambanya yaitu suamiku-aku bisa berbuat apa? Meski terkesan pasrah, tapi itulah takdir. Aku pikir pertemuan suamiku dengan seorang janda beranak tiga bukanlah sebuah kebetulan. Ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Akh, Allah begitu cemburu padaku hingga mengingatkanku dengan cara seperti ini. Dia ingin menunjukkan padaku bahwa di dunia ini tak ada yang abadi, termasuk rasa cinta itu sendiri. Sejatinya, hanya cintaNyalah yang abadi. Aku harus siap dipoligami….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
translasi
meninjau polling pengunjung
!-- Start of StatCounter Code -->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar