novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Jumat, 16 September 2011

Plesss! Beri Aku Status!




Dulu aku adalah wanita yang menikmati sebuah hubungan tanpa terikat oleh status. Bagiku status itu tidaklah penting. Entah karena aku pecinta kebebasan atau karena terlanjur menikmati hidup tanpa status itu sendiri. Sudah tak terbilang berapa banyak pria yang singgah dalam hidupku. Bukan sekedar singgah, tapi meninggalkan cinta untukku. Meski hanya cinta yang singkat dan sesaat. Sesingkat hubungan yang kujalani bersama banyak lelaki.

Aku juga tak tahu apa sesungguhnya statusku. Meski Di Ktpku tertulis status : wanita lajang/ alias belum menikah. Tapi kenyataannya? aku sudah berkali-kali hidup bersama lelaki dalam satu rumah. Yah, aku adalah wanita penganut hubungan bebas tanpa menikah. Aku tak butuh sebuah pengakuan dari siapapun. Satu yang pasti, aku begitu menikmati hidup yang kujalani. Selama tak mengganggu dan menyakiti siapapun Why not? Karena prinsipku tak pernah mau berhubungan dengan pria beristri.

Aku sendiri dibesarkan oleh seorang wanita yang hidup dari satu pelukan lelaki ke lelaki yang lain. Hingga aku tak pernah tahu siapa ayah kandungku yang sebenarnya. Sebagai anak, sungguh tragis hidupku karena tak pernah ada seorang lelaki dewasa yang mau mengaku sebagai ayah kandungku. Tak heran bila sekarang hidup yang kujalani persis seperti yang ibuku alami-hidup bersama lelaki tanpa diikat oleh status sebagai istri si A atau si B misalnya. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya? Mungkin pepatah klasik yang sering kudengar ini tepat untuk hidup yang tengah kulakoni.
Tapi takdir berkata lain. Aku terseret dalam sebuah keadaan yang membuatku sangat ingin memiliki status. Sebuah keinginan yang dulunya tak pernah kuanggap penting. Tapi sekarang status itu sangat penting bagiku. Semuanya bermula dari cinta yang tumbuh mekar dihatiku. Pada pria tampan nan sederhana yang hanya bermodal perhatian dan cinta. Meskipun bukan pria tajir tapi mampu memikat hatiku.

Tak seperti pria yang selama ini menjalin hubungan denganku--yang rata-rata hanya bermodalkan kantong tebal dan memanjakanku dengan berbagai fasilitas berupa materi. Dulu uang adalah segalanya bagiku, meskipun hidup tanpa status. Tapi kini uang bukanlah yang utama bagiku. Cintalah kini prioritas dalam hidupku. Yah, tiba-tiba aku ingin menjalin hubungan dengan rasa cinta yang tulus di didalamnya. Bukan lagi hubungan yang miskin akan cinta seperti yang sudah-sudah.

Aku masih duduk dipojok café sambil mengaduk-aduk cappuccino hangat yang kupesan beberapa menit yang lalu. Menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku sore ini. Seseorang yang akan mengubah status hidupku selamanya. Tapi hingga cappuccino yang kuminum ini dingin, batang hidung lelaki pujaanku tak jua muncul. Akh, bukankah dia telah berjanji akan menyelesaikan semuanya disini? Ditempat yang pernah merekam awal pertemuan kami setahun yang lalu. Sebuah café yang sering kami singgahi di sore hari setelah lelah menghabiskan waktu bersama berdua.

Pikiranku pun melayang ke masa setahun yang lalu. Waktu itu aku tengah memesan cappuccino, sepulang berbelanja di Mall. Tiba-tiba seorang pria berkulit putih bersih dan berbadan atletis menyapa diriku.

“Suka Cappucino juga yah Dik?” Tanya pria tersebut sambil memamerkan senyum mautnya. Aku pun mengiyakan pertanyaannya sambil tersipu malu.

“Berarti selera kita sama dong,” ucapnya lagi sambil terus menatap mataku. Tatapannya yang begitu dalam, seketika menghujam jantungku. Tak ayal, dadaku pun tak berhenti berdegup. Bahkan semakin kencang degupnya ketika pria itu meminta ijin duduk di depanku.

Setelah perkenalan itu, bisa ditebak hubungan kami pun berlanjut hingga menghasilkan sebuah janin dirahimku. Terus terang begitu tahu diriku mengandung hatiku dilanda resah dan gelisah yang amat sangat. Apalagi disaat kutahu bahwa dia pria yang sudah beristri.

Aku masih duduk di café dengan gelisah. Rasa khawatir semakin membuncah didadaku, karena dia tak jua datang. Padahal sudah lebih dari dua jam aku menunggunya penuh harap. Bagaimana kalau dia ingkar janji? Untuk segera menikahiku agar anak yang kukandung sekarang tak bernasib sama denganku, yaitu tak memiliki status yang jelas hingga dewasa nanti. Tiba-tiba handponeku bergetar. Ternyata ada sebuah SMS masuk. Segera kubaca dengan tak sabar.
Dik, maaf abang gak bisa datang menemuimu. Abang lupa kalo hari ini harus mengatarkan istri Abang ke dokter kandungan. Lain kali saja yah kita ketemuan. Deg! Hatiku benar-benar gak siap membacanya. Tega-teganya dia melakukan ini semua padaku?

Bukan satu kali ini dia mengelak dariku dengan berbagai macam alasan. Besok-besok alasan apalagi yang keluar dari mulutnya? Padahal anak yang kukandung ini juga anaknya. Aku benar-benar mengharapakan status bukan untuk diriku semata tapi demi anakku. Yah, aku tak boleh menyerah! Aku harus berjuang mendapatkan status sebagai seorang istri yang sah diatas buku nikah yang resmi dari KUA. Untuk menghibur kecewanya hati, Aku hanya mampu mengusap-usap perutku sebelum beranjak dari kursi.

“Nak… Ibu akan terus berjuang untuk memberikan sebuah status untukmu, bagaimanapun caranya,” ucapku lirih sambil berurai air mata. Akh, ketegaran dan kekerasan hatiku akhirnya jebol juga karena malaikat kecil yang sebentar lagi lahir ke dunia yang keras ini. Sekeras hidup yang selalu aku jalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut