novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Kamis, 15 September 2011

Meminta Tanpa Tahu Memberi




"Dik!!! buatkan teh manis buat Mas, ya?"
"Iya Mas," Rida segera ke dapur menyiapkan air minum buat suaminya.
"Dik!!! air mandi Mas kok belum disiapin?" cepetan dong! entar Mas terlambat lagi pergi kerja," teriak suaminya dari dalam kamar mandi.
"Sebentar Mas, air hangatnya baru aja dijerang," jawab Rida lagi. Begitulah setiap paginya.

Rida memang begitu menyayangi suaminya Andi. Saking cintanya, apapun rela ia berikan untuk suaminya. Sebaliknya, Andi adalah tipe suami yang tak pernah berhenti meminta pada istrinya. Bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun seperti meminta diambilkan air hangat untuk mandi atau minta dibuatkan teh manis saat pagi hari. Walaupun dia tahu Rida sedang sibuk mengerjakan tugas rumah tangga. Namun Rida tak pernah menolak. Padahal bisa saja dia mengucapkan kata,
“Mas ambil sendiri yah, saya sedang repot.” Atau
“Maaf yah Mas, saya lagi sibuk memandikan si kecil.
Memang, Rida selalu repot luar biasa setiap harinya oleh pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya. Belum lagi mengurus keempat orang anaknya yang masih balita. Dimana yang satu minta dimandiin dan yang lain minta disuapin makannya. Sementara kedua anaknya yang lebih besar lebih suka membuat kegaduhan dengan berlari kesana kemari. Hingga membuat rumah yang tadinya rapi, menjadi jungkir balik kembali dalam hitungan menit.
Sementara Andi suaminya, berusaha menutup mata melihat kepayahan istrinya mengurus rumah dan keempat anaknya seorang diri. Sedikitpun tak tergerak hatinya untuk membantu tugas istrinya. Apalagi mengeluarkan uang untuk membayar seorang asisten rumah tangga demi meringankan pekerjaan istrinya. Padahal keuangannya lebih dari cukup untuk itu. Yang ada dia malah berlomba dengan keempat anaknya untuk meminta perhatian Rida. Meskipun begitu, senyum keikhlasan selalu terpancar dari kedua bibir tipis Rida. Tak pernah keluar keluhan selama 12 tahun dari mulutnya meskipun hanya sekali. Dengan ikhlas dan tulus dia selalu meladeni kemanjaan suaminya yang melebihi anak kecil tersebut. Baginya, sebuah kebanggaan sekaligus keharusan seorang istri untuk selalu memberi apa yang diminta oleh suami. Meskipun terkadang diluar batas kemampuannya.
Selain suka menuntut untuk selalu diberi, Andi juga tipe suami yang sangat perhitungan untuk mengeluarkan uangnya, sekalipun dengan anak dan istrinya sendiri. Baginya, mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak penting--seperti membayar jasa seorang pembantu hanyalah buang-buang uang saja. Selama istrinya masih bisa mengerjakan semuanya sendiri untuk apa? Begitulah asumsi yang ada dikepalanya. Tak heran bila Rida dan anak-anaknya jarang memakai gaun yang bagus atau makan yang enak-enak meskipun hanya sesekali. Tapi Rida tak pernah menuntut untuk diberikan uang lebih, karena begitulah sifat aslinya. Baginya yang penting keempat anaknya bisa makan makanan yang sehat dan cukup. Hingga Rida selalu menekan keinginannya untuk membeli barang-barang yang ia inginkan seperti yang dimiliki oleh teman-temannya.
“Barang lama yang kumiliki masih cukup bagus dan layak untuk dipakai. Buat apa aku membuang-buang uang suamiku untuk membeli yang baru? Lebih baik uangnya dipakai buat keperluan keempat malaikat kecilku, pikirnya. Aku harus tetap bersyukur karena suamiku masih tetap setia mendampingiku hingga kini, batinnya berulang kali. Apalagi setiap keinginan untuk membeli barang yang baru muncul. Karena sudah kodratnya seorang wanita senang belanja. Terutama belanja pakaian yang bagus dan make-up untuk mempercantik diri. Tentu saja keinginan untuk terlihat lebih cantik didepan suaminya Andi sering muncul. Sebagai gantinya, Rida memperasah kecantikan batinnya dengan selalu berprilaku baik pada suaminya. Selalu menuruti dan memberi apa yang suaminya minta. Dengan harapan cinta suaminya tetap ada untuknya selamanya.
Suatu hari Rida mendapati sejumlah kertas pembayaran dikantong suaminya saat ia hendak mencuci baju. Tak ayal dia merasa terkejut dan sedikit cemburu melihat angka yang tertera. Sungguh fantastis pengeluaran suaminya yang setelah ia hitung-hitung jumlahnya hampir sepuluh juta! Padahal yang ia tahu suaminya begitu irit dalam pengeluaran. Bahkan untuk keluarganya sendiri. Karena penasaran, dia beranikan untuk bertanya.
“Mas, sebelumnya saya minta maaf. Apa benar semua barang yang ada di bon ini Mas yang beli?” tanyanya dengan lembut dan hati-hati.
“Memangnya kenapa? Toh Mas beli itu semua dengan uang Mas sendiri,” jawab suaminya ketus. Rida begitu terkejut mendengar jawaban suaminya. Padalah selama ini dia berusaha keras untuk mengirit pengeluaran mereka. Sementara suaminya sendiri begitu royal mengeluarkan uang hanya untuk kepentingannya sendiri.. Hatinya sangat pedih mendapati sikap tidak adil suaminya. Karena tak tahan lagi, Rida pun berkemas-kemas untuk pergi kerumah orangtuanya. Tak lupa ia bawa keempat buah hatinya bersamanya.
Tak ada gunanya hidup bersama orang yang hanya tahu meminta tapi tanpa tahu memberi sepanjang hidupnya. Inilah batas akhir dari sikap memberiku padanya. Mulai detik ini, aku akan meminta hakku untuk segera diceraikan olehnya, berontak Rida. Tekadnya sudah benar-benar bulat untuk berpisah dari ayah keempat anaknya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut