novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Selasa, 26 Maret 2013

Rendang Journey In My Family

Merunut perjalanan rendang dikeluargaku, banyak tertoreh kisah manis dan pahit di dalamnya. Kisah yang tetap menjadi kenangan hingga kini bagi keluarga besar kami. Yah, makanan tradisional khas dari Sumatera Barat yang terdiri dari daging, bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, pala, ketumbar, merica, jahe, lengkuas, sereh dan daun-daunan rempah yang terdiri dari daun salam, daun kunyit dan daun jeruk ini memang sangat tersohor sampai ke manca negara sekalipun. Yah, siapa yang tak mengenal rendang Padang?




Tentu saja bumbu pokok yang tak boleh terlupakan adalah cabe merah! Sebab bumbu satu inilah yang bisa mempengaruhi kadar kepedasan yang seleranya berbeda-beda bagi tiap orang. Satu lagi, santan dari kelapa yang harus benar-benar diperhatikan kematangan dan kekentalannya, karena bisa mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam menghasilkan dedak rendang yang nikmat. Ditambah kesabaran dalam membuat rendang yang membutuhkan waktu berjam-jam agar tersaji rendang yang diinginkan. Komplit sudah bahan untuk membuat rendang, lauk ternama yang banyak digemari dari Padang ini. Baiklah akan saya mulai kisah ini dari nenek saya. Nenek adalah seorang wanita pekerja keras yang tangguh dan ulet. Hobinya memasak telah mengantarkannya menjadi seorang koki handal disebuah restoran padang besar di Pariaman. Dan masakan yang terkenal enak dari nenek adalah rendang! Berkat rendang buatan neneklah restoran tempatnya bekerja selalu ramai dikunjungi pembeli hingga menjadi restoran terbesar dan terlaris di Pariaman waktu itu. Dan berkat rendang juga nenek bisa menghidupi dirinya dan dua orang anaknya meskipun beliau hanya seorang single parent karena ditinggal mati oleh suaminya.


Seiring berjalannya waktu, kedua anak nenekpun tumbuh besar dan sehat dibawah pengasuhannya yaitu mande ( ibuku )  dan Uda (kakak lelaki) mande. Tiba saatnya mande (ibuku) mulai mengenal lawan jenis. Tapi oleh nenek hubungan mereka tak direstui. Meski kecewa mande akhirnya menurut saja ketika dijodohkan dengan bosnya nenek pemilik restoran padang tempanya bekerja. Ibarat siti nurbaya, mande harus menerima perjodohannya dengan duda beranak lima tersebut. Walau mande sempat protes mengapa nenek tega menikahkannya dengan duda beranak lima? Padahal mengasuh lima anak tiri diusia yang belum genap 20 tahun bukanlah perkara mudah. Bahkan niat mande untuk kabur dari rumah pun gagal. Mungkin semuanya sudah suratan dari takdir dari Yang Kuasa buat mande. Nenek yang terkenal keras dan tegas, memang membuat mande tak kuasa memberontak. Walau dibalik sifat kerasnya itu nenek sebenarnya sangat menyayangi mande. Tapi setelah menjalaninya, barulah mande menyadari bahwa kisahnya tidaklah setragis dan sepahit kisah siti nurbaya. Mande juga menyadari ternyata semua yang dilakukan nenek bukanlah paksaan tanpa alasan, tapi karena kasih sayangnya sebagai orangtua tunggal.




 Kenyataannya mande hidup berbahagia dan bisa mencintai duda beranak lima, pilihan nenek tersebut. Ternyata nenek punya feeling yang baik sebagai seorang ibu. Dia tahu kalo Bagindo Sulaiman yang akhirnya menjadi abak (bapak) ku adalah lelaki yang penuh tanggung jawab dan taat beragama, selain pekerja keras. Tak dinyana mande hidup berbahagia bersama abak sampai ajal menjemput. Sekali lagi, berkat rendang buatan neneklah Mande bisa dijodohkan dengan suami yang akhirnya ia cintai sampai mati. Kalau saja nenek tidak bekerja di restoran abak, tentu mande tidak akan pernah mengenal abak. Rendang buatan nenek merupakan jalan cinta yang mempertemukan keduanya.

 Akhirnya dari pernikahan tersebut, mande melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan berkulit putih dengan hidung mancung dan rambut ikal bergelombang. Anak yang sedari kecil hingga dewasa menjadi anak yang begitu istimewa dalam keluarga.. Kelak lelaki tersebut (uda) saya ini akan bersinar hidupnya bak bintang kejora dengan segala kepintaran dan kesuksesannya. Memang, kelahiran Uda Wan sebagai cucu dan anak pertama sangat menggembirakan keluarga besar kami terutama nenek. Saking gembiranya nenek pun memperlakukan cucu pertamanya itu dengan istimewa. Gimana enggak! sedari kecil bila Uda mau Makan, nenek selalu menghidangkannya, hingga Uda Wan tak pernah mengambil makannya sendiri disaat lapar. Dan makanan yang pertama kali nenek perkenalkan pada Uda Wan adalah rendang!. Bak pangeran, Uda Wan pun mencicipi hidangan seorang diri di meja makan. Seolah tahu semua menu memang khusus disiapkan buat dirinya. Apalagi nenek mendapat dukungan dari Abak. Sementara Mande (ibuku) oke-oke saja alias tidak protes.

Perlakuan istimewa terhadap Uda Wan ini tetap diteruskan hingga adik-adiknya kemudian lahir. Pokoknya kalau Uda Wan lagi makan, yang lain tak boleh mengganggu. Bahkan kerap nenek menyimpan rapat rendang kesukaan Uda Wan agar tak dimakan oleh adik-adiknya. Meskipun uda-udaku yang lain sering protes namun ritual seperti itu tetap berjalan. Prinsip nenek “anjing menggonggong kafilah berlalu” Maka tak heran setelah menikah pun Uda Wan tak pernah mau mengambil makannya sendiri meskipun lapar berat. Dan yang tak pernah berubah menu utama yang harus dihidangkan oleh istrinya Uda Wan apalagi kalo bukan rendang! Uniknya lagi Uda Wan memilih menikah dengan seorang wanita yang berasal dari suku Jawa dan bukan dari sukunya sendiri yang pasti mahir memasak masakan kesukaannya.




Dan benar saja, diawal-awal menikah istrinya harus bekerja keras untuk bisa mengolah daging menjadi rendang yang enak karena belum pernah memasak rendang sebelumnya. Demi memenuhi selera suami tercinta, istrinya pun rela berburu resep rendang kemana pun juga. Bahkan dengan sabar istrinya menimbang setiap bahan agar jangan sampai kelewat 1 gram pun dari ukuran yang tertulis di buku resep yang ia beli.Hasilnya? Tadaaaa..!!! Uda Wan malah protes! Mungkin pikirnya mengapa rasanya jauh berbeda dari rendang buatan nenek tercinta? Ya iyalah, wong cuma nenek yang tahu resepnya karena tak pernah seorangpun boleh ikut campur ketika dia memasak.  Coba waktu itu aku sudah ada, pasti akan sekuat tenaga kubujuk nenek agar boleh ikut campur memasak rendang di dapur. Tapi kira-kira mempan gak yah ? heheheh

Tak habis akal istrinya pun memesan rendang kemasan. Namun lagi-lagi Uda Wan tak selera karena ga sesuai dengan rendang nenek yg pernah ia makan. Sermentara waktu itu nenek belum sempat membagi resepnya karena keburu almarhum.  Coba waktu itu randang restu mande http://www.restumande.com. sudah ada, pasti Uda Wan tetap lahap makannya, karena selain dibuat dengan daging sapi segar pilihan dan rempah-rempah berkualitas, rasanya pun tak kalah nikmat dengan rendang buatan nenek tercinta.  Bahkan anak-anak saya pun doyan karena rendang restu mande terdiri dari 2 rasa yaitu original (tidak begitu pedas) dan hot (super pedas)



Akhirnya tak hilang akal Uda pun mengkursuskan istrinya ke saudara perempuan Mande yang pintar memasak rendang. Yah minimal tidak-jauh-jauhlah dari resep andalan nenek

 

Aku pikir semasa hidupnya nenek pasti punya alasan tersendiri. Mungkin nenek ingin menyenangkan dan memperlakukan cucu pertamanya secara istimewa. Atau mungkin juga nenek ingin cucu pertamanya mencicipi resep andalannya yaitu rendang yang telah membuat restoran Abak mencapai puncak kejayaannya. Yah, ibaratnya rendang adalah masterpiece restoran kami, alias sebagai menu andalan yang menarik para pembeli. Uniknya lagi selain rasa rendang nenek yang jauh lebih enak dengan rendang lainnya (red: kalau kata pak Bondan Winarno sih ’maknyus’) ritual memasak nenek juga lain dari tukang masak yang lainnya. Bahkan tak akan ditemui pada “master chef” sekalipun hehehehe. Ternyata selama memasak selain menyiapkan bumbu-bumbu yang komplit hasil racikannya sendiri, nenek juga tak lupa menyiapkan “jampi-jampi”.

Eits! Jangan su’uzon dulu. Jampi-jampi nenek bukanlah sejenis sihir atau pelet agar rendangnya banyak disukai orang atau supaya laku. Nenek hanya membacakan doa-doa yang dia ambil dari Al-qur’an. Mungkin dalam doanya nenek meminta adanya keberkahan.  Ditambah ritual Nenek tak pernah mau dibantu saat memasak di dapur, sehingga kami tak tahu persis apa saja resep andalan membuat rendang ala nenek tercinta.hmmm...

 Ritual menghidangkan Uda Wan makan tak pernah hilang. Meskipun tak selamanya ada rendang di meja. Hal itu tetap terjadi saat restoran kami terbakar hingga ekonomi keluarga mengalami pailit. Disusul tak lama kemudian Abak meninggal dunia Akan tetapi berkat kesabaran dan ketekunan Uda Wan jugalah perlahan-lahan ekonomi keluarga kami terangkat naik kembali, sehingga semua adik-adiknya bisa berkuliah ke Pulau Jawa.

Yah, meminjam filsafah rendang yang butuh kesabaran dalam menggodok rendang hingga berjam-jam agar hasilnya sempurna, Uda Wan juga melalui proses yang tidak sebentar untuk mencapai sukses hingga berhasil mendirikan perusahaan sendiri. Uda memang memilih berwirausaha saja setelah puas bekerja di kantor. Kuliah yang dia ambil juga mendukung jiwa entrepreneurnya yaitu jurusan ekonomi. Rupanya bakat dagang Abak mengalir di darah Uda Wan. Jauh sebelum Uda berhasil, beliau pernah merasakan ejekan sanak saudara akibat masih mengangggur selama satu tahun begitu tamat dari kuliah. Dibilang “sarjana pak ogah” lah, atau “buat apa jadi sarjana kalau akhirnya gak bisa kaya?”dan ejekan-ejekan lainnya.

 Meniru sifat nenek Uda menganggap hinaan itu sebagai angin lalu saja. Bahkan Uda semakin terpacu untuk berusaha. Sampai akhirnya Uda berhasil diterima di perusahaan milik orang Perancis. Kesabaran Uda Wan kembali diuji ketika mendapati beasiswanya dibatalkan. Padahal sebelumnya telah diumumkan oleh sebuah lembaga bahwa Uda mendapatkan bea siswa untuk berkuliah di luar negeri. Rupanya selidik punya selidik ada permainan uang dari perwakilan mereka di Indonesia. Namun usaha dan kerja keras serta ketekunan Uda akhirnya terbayar juga. Beliau kembali mendapat bea siswa untuk bisa sekolah ke luar negeri di bidang Manajemen Bisnis dan berhasil diwisuda dengan nilai yang memuaskan.




Dan  lagi-lagi Uda tak ingin berpindah rasa dengan tetap memilih rendang meskipun telah mencicip aneka kuliner luar negeri. Demikian juga dengan kami anak anak mande yang merantau sekolah ke pulau jawa dan tinggal di kost-kostan. Setiap bulan kami selalu mendapat kiriman rendang yang memang bisa bertahan berhari hari sebagai lauk makan nasi. Lumayanlah buat mengirit uang saku sebagai mahasiswa. Tak berhenti sampai disitu kesabaran Uda Wan kembali diuji. Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan bonafit milik orang asing, tiba-tiba Uda diterpa fitnah yang membuatnya diberhentikan begitu saja. Padahal Uda begitu mencintai pekerjaannya. Dan berkat kerja keras Uda juga perusahaan yang bergerak di bidang seminar itu mencapai rekor tertinggi dalam menarik peserta seminar yang lumayan banyak. Uda yang merasa diperlakukan tidak adil segera bertindak dengan melaporkan perusahaan tersebut ke pengacara.

Cerdasnya sebelum mengajukan tuntutan, Uda mencari tahu dulu tentang hukum lewat buku-buku agar dia tak salah melangkah. Dan benar saja, akibat tuntutan Uda, akhirnya perusahaan tersebut berhasil ditutup karena ketahuan tidak memiliki surat izin resmi alias illegal. Sejak kejadian itu, Uda pun memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri. Untuk kesekian kalinya kesabaran Uda pun diuji saat perusahaan yang ia dirikan bersama teman-teman dekatnya itu tak membuahkan hasil yang memuaskan hingga jatuh bangkrut. Untuk menghibur hatinya Uda pun menulis buku tentang perekonomian yang ia pelajari. Kembali nasib baik tak berpihak pada Uda, disaat penerbit membawa kabur naskahnya dan tak membayar royaltinya sedikitpun. Tak pernah Uda mendapatkan laporannya semenjak bukunya itu terbit. Berbekal kesabaran dan keuletannya, Uda kembali menjalankan perusahaan seorang diri.

Akhirnya kesabaran Uda berbuah manis. Perusahaan Uda menjadi besar dan maju pesat seperti sekarang sehingga bisa merekrut beberapa orang karyawan. Dilemanya ketika Uda divonis terkena kanker hati dan harus berpantang makanan berlemak dan bersantan termasuk rendang. Padahal dokter telah mewanti-wanti. Sebenarnya tak ada yang salah dengan makanan kesukaan Uda yaitu rendang asalkan kemarin-kemarin makannya diimbangi dengan pola hidup sehat yaitu olahraga dan mengosumsi makanan berserat. Tapi Uda Wan selama ini tidak suka makan sayuran. Tak dinyana, akhirnya perjalanan ‘si rendang’ untuk terus menemani Uda Wan sahabat sejatinya harus berakhir. Setelah dua tahun menjalani pengobatan Uda pun tak bisa bertahan Tepat di bulan kelahirannya 17 Desember 2002 Uda Wan pergi untuk selama-lamanya.



Meninggalkan istri dan ketiga orang anak-anaknya.





Tak hanya istri dan ketiga anaknya saja yang sedih dan shok, Mande pun berhari-hari sering pergi keluar sendiri tanpa memberitahu kami anak-anaknya mau pergi kemana.

 “Entah mengapa, Mande tiba-tiba ingin berjalan kaki kemana Mande suka,” jawabnya saat kami tanya kemana saja dirinya dengan rasa cemas. Akh…mungkin Mande bingung harus bagaimana melepaskan rasa sedihnya karena baru kehilangan anak kebanggaannya

Akhirnya kisah Mande yang begitu terpukul kehilangan Uda Wan aku abadikan lewat tulisan yang akhirnya dimuat di majalah sekar dalam rubrik goresan hati pada thn 2009. Mande pun berkaca-kaca begitu membaca kisah dirinya dan anaknya yaitu Uda Wan yang ia selalu ia ceritakan berulang-ulang  padaku saat Uda Wan baru meninggalkannya sebagai penghibur hatinya akibat rasa rindu dan kehilangan yang teramat sangat.





Tak disangka juga  tahun 2010, satu tahun setelah kisah Mande dan Uda dimuat di media,  Mande pun menyusul Uda Wan untuk selama-lamanya.  Selamat jalan Da, Mande...Sampai kapan pun, kalian dan rendang akan terus hidup di hati kami...Sebagai kenang-kenangan, aku hanya bisa mengabadikan perjalanan hidup kalian dalam buku 'Teardrops In Heaven' ini. Dimana rendang menjadi saksi sejarahnya Semoga kalian dan rendang bisa menginspirasi semua orang.





 Kini, aku hanya bisa mendoakan kalian di alam sana, sembari berharap siapa tahu suatu saat nanti cita-cita Uda dan Mande bisa aku dan adik-adik teruskan. Cita-cita  yang belum kesampaian karena Uda keburu dipanggal oleh Yang Kuasa. Yaitu cita-cita untuk bisa menghidupkan kembali kejayaan restoran keluarga terutama rendang dengan mendirikan restoran padang. Kalo bisa sama jayanya dengan Randang Padang Restu Mande. http://www.restumande.com sekarang yang bisa sampai terkenal ke manca negara. Amin....




6 komentar:

  1. Aku juga suka rendang, baru tau nih ada rendang restu mande :-)

    BalasHapus
  2. oooo baru ngeh mba iir orang padang ya?

    BalasHapus
  3. kirain orang medan mbak, aku juga orang padang, batusangkar. Rendang itu memang nikmat

    BalasHapus
  4. huwaaa baru pada pada nyadar yah kalo aku urang awak qiqiqiqi

    BalasHapus
  5. wah keluarganya pecinta rendang ya ...
    kalau kisahku seperti ini mbak, silakan mampir
    http://www.hennyrini.blogspot.com/2013/04/rendang-padang-saatnya-mendunia.html

    BalasHapus
  6. iya henny tapi aku sekarang udah agak bosan karena dulu sering makan rendang malahan senangnya masakan jawa atau sunda

    BalasHapus

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut