novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Senin, 15 Oktober 2012

Wahai PLN, Jangan Sepelekan Resiko Matinya Listrik Bagi Kami




Gimana sih PLN!, lagi enak-enak nyuci listrik mati. Kapan keringnya nih baju?” omel seorang ibu yang sedang menggunakan mesin cuci. Kekesalannya kian bertambah karena dia memiliki balita yang sering pipis sehingga butuh banyak celana yang kering.
“ Waduh, Air bak belum penuh diisi, listrik tiba-tiba padam. Mbok yah ada pemberitahuan dulu, biar kita siap-siap ngisi bak dan centong air,” gerutu warga yang menggunakan pompa air di rumahnya. Dan hal ini juga sering membuat saya kesal yang kebetulan juga menggunakan pompa air.
“Yah, mati lagi, mati lagi. Baru aja mau ngecarge Handphone yang low bat. Padahal mau nelepon ortu minta kirimin uang buat bayar kos,” umpat seorang Mahasiswa.
“Iya nih, komputer juga mendadak mati, padahal lagi ngetik tugas yang belum sempat disimpan, sial! Maki teman kos si Mahasiwa. Bla...bla...bla... sederet makian  pun keluar dari mulut warga. Mulai dari pelajar sampai ibu-ibu. Bayangkan! betapa banyak sumpah serapah yang diucapkan pemakai/pelanggan PLN. Tapi mengapa PLN Tak juga respek akan pentingnya listrik bagi penggunanya? Dengan seringnya mematikan listrik seenaknya. Yang lebih parahnya lagi tanpa pemberitahuan pula. Weleh...weleh...
Sebenarnya  tak hanya resiko terganggunya kegiatan seputar rumah tangga saja yang ditimbulkannya. Misalnya kulkas yang mati akan membuat makanan seperti ikan, buah dan sayuran terancam bau dan tidak segar lagi. Apalagi bila matinya lebih dari 6 jam. Belum lagi alat pemasak nasi sejenis rice cooker dan magic com yang harus selalu nyala agar nasi tidak bau dan kering. Juga ikut matinya dispenser, blender dan televisi sebagai media hiburan dan imformasi yang dibutuhkan warga. Masih banyak resiko-resiko lainnya akibat matinya listrik diantaranya;

  • Memicu terjadinya resiko kebakaran
Hati siapa yang tak miris mendengarnya termasuk saya kala mendengar berita di koran atau di televisi “satu keluarga mati akibat terbakar, yang selidik punya seldiik akibat nyala lilin dari rumah korban.” Tentu saja hal ini terjadi karena malamnya listrik mati hingga lilin terus hidup sampai pagi,  tanpa penghuninya sadar api lilin merembet dan membakar barang yang ada disekitarnya. Salah siapakah ini semua? Mungkin kita bisa menyalahkan kelalaian korban karena kurang hati-hati dalam menyalakan lilin. Tapi semua itu ada pemicunya bukan? Apalagi kalo bukan gara-mati listrik mati. Semoga PLN lebih peka lagi  dalam hal keselamatan jiwa pelanggannya.  Sebab bukan tak mungkin suatu hari hal ini juga bisa menimpa saya dan keluarga Anda semua.

  • Memancing reaksi pencuri untuk beraksi.
Hal ini pernah terjadi pada pengalaman saya sendiri. Kebetulan saya tinggal agak ke daerah yang jarak rumah satu sama lain masih jauh-jauh. Meskipun ada beberapa yang berdekatan. Karena masih banyaknya kebun-kebun maklumlah di kampung. Nah, begitu listrik mati di malam hari disaat saya dan anak-anak sedang tertidur pulas, tiba-tiba terdengarlah suara berisik dari luar kamar.
Terus terang sebagai seorang ibu dengan tiga orang anak, rasa takut pun menyerang saya. Apalagi suami selalu pulang larut malam. Dengan segera, saya pun mengunci kamar. Tak saya perdulikan lagi barang-barang diluar yang hilang dibawa maling. Yang penting saya dan ketiga anak saya selamat. Ternyata dugaan saya tidak meleset. Begitu suami pulang dan lampunya nyala, ketahuanlah barang-barang dirumah yang hilang seperti alat-alat elektronik dll. Dan yang lebih  seramnya lagi, pisau tergeletak begitu saja di ruang tamu.
Mungkin si maling  sengaja mengambil pisau dari dapur sebagai senjata bila yang punya rumah bangun atau mengadakan perlawanan. Benar-benar membuat saya trauma! Yah,  maling benar-benar mencari kesempatan masuk ke rumah disaat gelap gulita, karena merasa lebih aman untuk beraksi.  Masihkah PLN menutup mata mendengar kisah saya? Yang suatu hari bisa saja terjadi pada pelanggan lainnya.


  • Terhentinya proses produksi barang industri rumah tangga
Bagi sebuah UKM yang rata-rata menggunakan mesin sebagai alat memproduksi suatu barang, akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Karena tak terpenuhinya pesanan pembeli sesuai perjanjian yang disepakati. Bisa-bisa pembeli atau pemesan barang komplain dan meminta ganti rugi. Hal ini tak hanya berpengaruh bagi kelangsungan gaji para karyawan yang akan telat dibayar, tapi juga bisa menimbulkan ketidak percayaan komsumen pada pihak produsennya.
            Ini hanya beberapa resiko yang saya ketahui, silahkan pembaca menambahkannya sendiri. Yang lebih miris lagi selain kurangnya simpati PLN terhadap pelanggannya, masih juga kita dengar adanya korupsi di tubuh PLN sendiri . Kita pun patut bertanya dimana sebenarnya hati nurani? Disaat masyarakat mengeluh kurang memuaskannya pelayanan dan respon PLN, masih ada segelintir orang yang memanfaatkan keadaan dengan mencari keuntungan pribadi di balik derita anak negeri. Harapan saya PLN tak hanya mewajibkan pelanggannya untuk tak  telat melakukan pembayaran listrik dengan ancaman listrik akan dicabut. Tapi juga mewajibkan diri mereka sendiri untuk tidak telat menanggapi kebutuhan dan keluhan pelanggannya.




3 komentar:

  1. ooh.. di atas ya, hihi.. td belum muncul.
    harapannya sama dgnku jg :)

    BalasHapus
  2. mbak hana iya toh heheheh moga kita kepilih yah pede heheheheh

    BalasHapus

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut