“Gimana sih PLN!, lagi
enak-enak nyuci listrik mati. Kapan keringnya nih baju?” omel seorang ibu
yang sedang menggunakan mesin cuci. Kekesalannya kian bertambah karena dia
memiliki balita yang sering pipis sehingga butuh banyak celana yang kering.
“ Waduh, Air bak belum penuh
diisi, listrik tiba-tiba padam. Mbok yah ada pemberitahuan dulu, biar kita
siap-siap ngisi bak dan centong air,” gerutu warga yang menggunakan pompa air
di rumahnya. Dan hal ini juga sering membuat saya kesal yang kebetulan juga
menggunakan pompa air.
“Yah, mati lagi, mati lagi.
Baru aja mau ngecarge Handphone yang low bat. Padahal mau nelepon ortu minta
kirimin uang buat bayar kos,” umpat seorang Mahasiswa.
“Iya nih, komputer juga
mendadak mati, padahal lagi ngetik tugas yang belum sempat disimpan, sial! Maki
teman kos si Mahasiwa. Bla...bla...bla... sederet makian pun keluar dari mulut warga. Mulai dari
pelajar sampai ibu-ibu. Bayangkan! betapa banyak sumpah serapah yang diucapkan
pemakai/pelanggan PLN. Tapi mengapa PLN Tak juga respek akan pentingnya listrik
bagi penggunanya? Dengan seringnya mematikan listrik seenaknya. Yang lebih
parahnya lagi tanpa pemberitahuan pula. Weleh...weleh...
Sebenarnya tak hanya resiko terganggunya kegiatan seputar
rumah tangga saja yang ditimbulkannya. Misalnya kulkas yang mati akan membuat
makanan seperti ikan, buah dan sayuran terancam bau dan tidak segar lagi.
Apalagi bila matinya lebih dari 6 jam. Belum lagi alat pemasak nasi sejenis rice
cooker dan magic com yang harus selalu nyala agar nasi tidak bau dan kering.
Juga ikut matinya dispenser, blender dan televisi sebagai media hiburan dan
imformasi yang dibutuhkan warga. Masih banyak resiko-resiko lainnya akibat
matinya listrik diantaranya;
- Memicu terjadinya resiko kebakaran
Hati siapa yang tak miris
mendengarnya termasuk saya kala mendengar berita di koran atau di televisi “satu keluarga mati akibat terbakar, yang
selidik punya seldiik akibat nyala lilin dari rumah korban.” Tentu saja hal
ini terjadi karena malamnya listrik mati hingga lilin terus hidup sampai pagi, tanpa penghuninya sadar api lilin merembet
dan membakar barang yang ada disekitarnya. Salah siapakah ini semua? Mungkin
kita bisa menyalahkan kelalaian korban karena kurang hati-hati dalam menyalakan
lilin. Tapi semua itu ada pemicunya bukan? Apalagi kalo bukan gara-mati listrik
mati. Semoga PLN lebih peka lagi dalam
hal keselamatan jiwa pelanggannya. Sebab
bukan tak mungkin suatu hari hal ini juga bisa menimpa saya dan keluarga Anda
semua.
- Memancing reaksi pencuri untuk beraksi.
Hal ini pernah terjadi pada
pengalaman saya sendiri. Kebetulan saya tinggal agak ke daerah yang jarak rumah
satu sama lain masih jauh-jauh. Meskipun ada beberapa yang berdekatan. Karena
masih banyaknya kebun-kebun maklumlah di kampung. Nah, begitu listrik mati di
malam hari disaat saya dan anak-anak sedang tertidur pulas, tiba-tiba
terdengarlah suara berisik dari luar kamar.
Terus terang sebagai seorang
ibu dengan tiga orang anak, rasa takut pun menyerang saya. Apalagi suami selalu
pulang larut malam. Dengan segera, saya pun mengunci kamar. Tak saya perdulikan
lagi barang-barang diluar yang hilang dibawa maling. Yang penting saya dan
ketiga anak saya selamat. Ternyata dugaan saya tidak meleset. Begitu suami
pulang dan lampunya nyala, ketahuanlah barang-barang dirumah yang hilang
seperti alat-alat elektronik dll. Dan yang lebih seramnya lagi, pisau tergeletak begitu saja
di ruang tamu.
Mungkin si maling sengaja mengambil pisau dari dapur sebagai senjata
bila yang punya rumah bangun atau mengadakan perlawanan. Benar-benar membuat
saya trauma! Yah, maling benar-benar mencari
kesempatan masuk ke rumah disaat gelap gulita, karena merasa lebih aman untuk
beraksi. Masihkah PLN menutup mata mendengar kisah saya?
Yang suatu hari bisa saja terjadi pada pelanggan lainnya.
- Terhentinya proses produksi barang industri rumah tangga
Bagi sebuah UKM yang rata-rata menggunakan mesin sebagai alat memproduksi suatu barang, akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Karena tak terpenuhinya pesanan
pembeli sesuai perjanjian yang disepakati. Bisa-bisa pembeli atau pemesan
barang komplain dan meminta ganti rugi. Hal ini tak hanya berpengaruh bagi kelangsungan gaji para karyawan
yang akan telat dibayar, tapi juga bisa menimbulkan ketidak percayaan komsumen
pada pihak produsennya.
Ini
hanya beberapa resiko yang saya ketahui, silahkan pembaca menambahkannya
sendiri. Yang lebih miris lagi selain kurangnya simpati PLN terhadap
pelanggannya, masih juga kita dengar adanya korupsi di tubuh PLN sendiri . Kita
pun patut bertanya dimana sebenarnya hati nurani? Disaat masyarakat mengeluh
kurang memuaskannya pelayanan dan respon PLN, masih ada segelintir orang yang
memanfaatkan keadaan dengan mencari keuntungan pribadi di balik derita anak
negeri. Harapan saya PLN tak hanya mewajibkan pelanggannya untuk tak telat melakukan pembayaran listrik dengan ancaman
listrik akan dicabut. Tapi juga mewajibkan diri mereka sendiri untuk tidak
telat menanggapi kebutuhan dan keluhan pelanggannya.
bannernya gak ada, mba?
BalasHapusooh.. di atas ya, hihi.. td belum muncul.
BalasHapusharapannya sama dgnku jg :)
mbak hana iya toh heheheh moga kita kepilih yah pede heheheheh
BalasHapus