Sebenarnya sudah lama saya mengenal ayahbunda. Isinya sangat menarik dan komplit terutama buat para ibu seperti saya. Namun even –even yang ayah bunda laksanakan jarang saya ikuti meskipun sering baca baca majalahnya. Kebetulan saya suka menulis terutama tema-tema parenting. Kebetulan lagi dari komunitas yang saya ikuti yaitu IIDN ( Ibu-ibu doyan nulis) saya diundang untuk menghadiri even seputar tema parenting yaitu ‘solusi dan tantangan menghadapi anak sulit makan’ .
Tanpa berpikir dua kali saya pun mendaftar. Tiba hari H nya saya datang sendiri ke lokasi sambil celingak-celinguk cari teman sesama komunitas.
Sempat juga saya dicurigai karena tak ada bukti peserta sebab daftarnya lewat ketua komunitas kami. Akhirnya setelah saya jelaskan panitia pun mempersilahkan saya untuk menuliskan nama dan alamat email. Setelah itu baru saya boleh masuk ruangan sambil bernafas lega. Akhirnya saya bisa juga mengikuti even dengan tema menarik ini karena masalah yang diangkat tak jauh-jauh dari masalah yang dialami oleh hampir seluruh ibu di dunia termasuk saya yaitu ‘susahnya menghadapi anak yang sulit makan’
Dan benar saja, ternyata pesertanya membludak. Tak hanya ibu-ibu saja yang datang , bapak-bapaknya juga. Mungkin karena tema yang diusung sangat dekat dengan kesulitan orang tua dalam menghadapi prilaku makan anaknya. Tiap sesi pun berlangsung dengan meriah dan hidup karena setiap peserta antusias dan berlomba-lomba untuk mengajukan pertanyaan seputar masalah yang dihadapi dalam memberi makan pada anak. Yang lebih seru lagi hadiahnya itu loh, segambreng! hehehehe. Sudah diberi sekaleng susu pediasur dan satu tas hadiah yang isinya lumayan banyak, ditambah lagi adanya hadiah doorprize. Dan satu lagi bagi setiap peserta yang bertanya dan bisa menjawab pertanyaan seputar tema yang diangkat diberi hadiah juga termasuk saya salah satunya.
rejeki memang gak kemana heheheh…Jadilah saya pulang sambil membawa berkantung-kantung hadiah. Meskipun sedikit berat dan merepotkan sebab rumah saya jauh dan harus beberapa kali naik angkutan umum tapi hati ini puas dan senang. Dan satu lagi rejeki yang saya dapatkan dari even ayahbunda ini yaitu ide menulis buku! bukankah ide itu merupakan sebuah rejeki juga? Hanya sayangnya saya lupa mengabadikan even menarik ini dalam kamera yang saya punya. Kalo tidak, bisa saya bagikan dan upload disini. Semoga saja ayahbunda segera memposting foto-fotonya di website. Akhirnya begitu sampai dirumah saya segera menuangkan ide tersebut. Dengan penuh semangat saya menyelesaikan naskah buku saya dengan tema ‘menghadapi anak yang susah makan’ gak jauh-jauh dari tema even yang ayahbunda laksanakan. Alhamdulillah…harapan saya semoga ayahbunda gak kapok bikin even menarik lagi. Dan Insya Allah saya juga gak akan kapok untuk mengikutinya.
novel yang diangkat dari kisah nyata

Kamis, 25 Oktober 2012
Selasa, 23 Oktober 2012
Sehatnya Dadih, Yoghurtnya Orang Minang
Sebagai orang minang, saya ingin mengenalkan makanan khas daerah saya. Pasti pembaca berpikir makanan tersebut kalo gak rendang, pastilah sate padang atau makanan berlemak lainnya. Sama sekali bukan! Saya ingin mengenalkan makanan minang lainnya yang jauh lebih sehat dibanding yang selama ini kita kenal, karena tidak mengandung lemak dan santan seperti kuliner minang pada umumnya. Makanan sekaligus sebagai minuman sehat khas minang yang unik satu ini bernama ‘Dadih’ yang lebih dikenal sebagai yoghurtnya orang minang. Uniknya lagi dadih yang terbuat dari susu kerbau dan berbentuk minuman semacam yoghurt ini bisa juga dijadikan teman makan nasi. Sebelum saya paparkan Dadih secara panjang lebar saya ingin bernostalgia sebentar mengapa saya bisa tahu Dadih. Bukan karena saya orang minang. Apalagi di dikeluarga saya hingga kini lebih sering diperkenalkan rendang, sate padang dan makanan berlemak lainnya daripada dadih yang jauh lebih sehat. Dadih inilah satu-satunya makanan minang yang rendah lemak dan dapat menurunkan kolesterol.
Yah, saya ingat betul ketika kecil dulu saya sering melihat abak (bapak) sangat senang makan nasi hangat dengan lauk yang mirip dengan tahu dan berwarna putih ini. Ketika saya bertanya abak menjawab namanya dadih. Dari situlah awalnya saya tahu bentuk dan warna dadih meskipun sekarang sudah agak lupa bagaimana persisnya bentuk dan warna dadih karena sekarang sudah tak pernah lagi disajikan dirumah kami sejak abak tiada. Selama ini kita mengenal minuman fermentasi sejenis yoghurt berasal dari luar. Nah, Dadih ini adalah minuman fermentasi produk dalam negeri. Kelebihannya terbuat dari susu kerbau bukan susu sapi. Mengapa saya katakan lebih memiliki kelebihan? Sebab dalam susu kerbau persentase lemaknya daging lebih rendah (0,5 per 100 gr) dibandingkan daging sapi (14 per 100 gr), sehingga lebih aman dikonsumsi oleh pende¬rita diabetes, obesitas, manula, dan penderita jantung koroner. rendah lemaknya dibanding susu sapi.
Hasil fermentasi dari susu kerbau ini juga menghasilkan bakteri baik yaitu asam laktat, Lactobacillus casei. Bakteri ini sangat baik untuk menjaga metabolisme tubuh. Secara in viro, mampu menurunkan kolesterol darah sebanyak 34%. Selain itu, asam laktat juga dapat mencegah kanker usus Proses Pembuatan Dadih -Pertama-tama susu kerbau segar yang baru diperah disaring untuk memisahkan kotoran atau benda asing yang masuk selama pemerahan, kemudian dimasukkan ke dalam tabung bambu yang telah dipotong (dengan panjang masing-masing ± 5 cm dari ruas/buku bambu).
-Kedua, tabung bambu yang telah berisi air susu kerbau ini ditutup dengan daun pisang atau plastik dan diikat dengan karet gelang. -Ketiga, tabung bambu yang telah berisi susu kerbau kemudian didiamkan dalam suhu ruang (250 – 300C) selama 24 – 48 jam dalam ruangan yang tidak kena sinar matahari langsung (difermentasi) selama ± 2 hari atau sampai menjadi kental/menggumpal.
Adapun Dadih yang disenangi oleh konsumen adalah yang berwarna putih, karena bertekstur lebih lembut dengan aroma spesifik. Bagi penderita “laktosa intolerance”, mengkonsumsi dadih merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh manfaat dari susu. Pada saat proses fermentasi telah selesai susu kerbau akan mengental (curd), rasanya menjadi asam (0,99%), memiliki kandungan protein (6,81%), lemak (8,66%), vitamin A (80 SI) dan total bakteri asam laktat (16,0 x 105 CFU/ml) . Yah, menurut sebuah sumber Nilai gizi dadih sangat tinggi dan bermanfaat sebagai penambah energi karena mempunyai kandungan lemak 6,8 %, protein 4,5 % cocok untuk meningkatkan konsumsi protein hewani. Daya cerna proteinnya cukup tinggi 86,4 % - 97,8 % yang mengandung 16 asam amino ( 13 esensial dan 3 non esensial) menjadikan Dadiah sebagai makanan bergizi yang mudah diserap tubuh, dan vitamin A adalah 1,70 - 7,22 IU/g dan pH (keasaman) 0,90 - 1,23 serta terdapat 10 isolat bakteri asam laktat yang tahan terhadap pH 2 selama 2 jam juga tahan terhadap asam empedu, sehingga berpotensi sebagai bakteri Probiotik, sedangkan kandungan laktosanya 5,29 %..
Jenis Bambu untuk membuat Dadih Ada dua jenis bambu yang sering digunakan oleh masyarakat Sumatera Barat, bambu gombong (Gigantochloa verticilata) dan bambu ampel (Bambusa vulgaris). Pemilihan bambu tersebut dikarenakan rasa pahit pada bambu, sehingga menghindarkan dari semut. Bambu yang digunakan adalah yang berumur sedang. Selain itu penutup tempat dadih biasa juga menggunakan daun keladi, daun pisang atau plastik. Bambu yang digunakan harus masih segar atau belum kering, karena dari hasil penelitian buluh pada bagian dalam bambu inilah yang mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang membuat susu kerbau menggumpal menjadi dadih. Pembuatan dadih sendiri masih dilakukan secara tradisional dan belum ada standar cara pembuatannya.
Oleh sebab itu kualitas dadih yang dihasilkan dari tiap daerah bervariasi, walaupun relatif tidak jauh berbeda. Kualitas dadih yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kualitas susu yang digunakan. Daerah Potensi Penghasil Dadih Daerah yang berpotensi untuk usaha pengolahan dadih di Sumatera Barat adalah pada daerah yang mempunyai populasi kerbau yang cukup besar dan tersebar pada beberapa Kabupaten di Sumatera Barat yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Swl/Sijunjung dan Kabupaten Solok. Tentu kita bertanya-tanya mengapa di daerah minang orang lebih senang beternak kerbau daripada sapi? Tak heran memang, sebab bagi suku Minangkabau, kerbau memiliki cerita sejarah yang menarik.
Kerbau telah mengantarkan kejayaan suku besar Minangkabau di masa silam. Penamaan Mi¬nang¬kabau
sendiri diawali keme¬nangan dalam suatu pertan¬dingan adu kerbau untuk mengakhiri peperangan mela¬wan kerajaan besar dari Pulau Jawa. Dari situlah arti kata minang, yang berarti keme¬nangan. Minangkabau berarti “Kerbau yang Menang”. Sayangnya kuliner unik satu ini kurang terekspos sehingga orang hanya mengenal rendang dan makanan berlemak lainnya. Padahal dadih perlu lebih diperkenalkan dan dikembangkan menjadi salah satu kuliner khas daerah minang yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Senin, 15 Oktober 2012
Wahai PLN, Jangan Sepelekan Resiko Matinya Listrik Bagi Kami
“Gimana sih PLN!, lagi
enak-enak nyuci listrik mati. Kapan keringnya nih baju?” omel seorang ibu
yang sedang menggunakan mesin cuci. Kekesalannya kian bertambah karena dia
memiliki balita yang sering pipis sehingga butuh banyak celana yang kering.
“ Waduh, Air bak belum penuh
diisi, listrik tiba-tiba padam. Mbok yah ada pemberitahuan dulu, biar kita
siap-siap ngisi bak dan centong air,” gerutu warga yang menggunakan pompa air
di rumahnya. Dan hal ini juga sering membuat saya kesal yang kebetulan juga
menggunakan pompa air.
“Yah, mati lagi, mati lagi.
Baru aja mau ngecarge Handphone yang low bat. Padahal mau nelepon ortu minta
kirimin uang buat bayar kos,” umpat seorang Mahasiswa.
“Iya nih, komputer juga
mendadak mati, padahal lagi ngetik tugas yang belum sempat disimpan, sial! Maki
teman kos si Mahasiwa. Bla...bla...bla... sederet makian pun keluar dari mulut warga. Mulai dari
pelajar sampai ibu-ibu. Bayangkan! betapa banyak sumpah serapah yang diucapkan
pemakai/pelanggan PLN. Tapi mengapa PLN Tak juga respek akan pentingnya listrik
bagi penggunanya? Dengan seringnya mematikan listrik seenaknya. Yang lebih
parahnya lagi tanpa pemberitahuan pula. Weleh...weleh...
Sebenarnya tak hanya resiko terganggunya kegiatan seputar
rumah tangga saja yang ditimbulkannya. Misalnya kulkas yang mati akan membuat
makanan seperti ikan, buah dan sayuran terancam bau dan tidak segar lagi.
Apalagi bila matinya lebih dari 6 jam. Belum lagi alat pemasak nasi sejenis rice
cooker dan magic com yang harus selalu nyala agar nasi tidak bau dan kering.
Juga ikut matinya dispenser, blender dan televisi sebagai media hiburan dan
imformasi yang dibutuhkan warga. Masih banyak resiko-resiko lainnya akibat
matinya listrik diantaranya;
- Memicu terjadinya resiko kebakaran
Hati siapa yang tak miris
mendengarnya termasuk saya kala mendengar berita di koran atau di televisi “satu keluarga mati akibat terbakar, yang
selidik punya seldiik akibat nyala lilin dari rumah korban.” Tentu saja hal
ini terjadi karena malamnya listrik mati hingga lilin terus hidup sampai pagi, tanpa penghuninya sadar api lilin merembet
dan membakar barang yang ada disekitarnya. Salah siapakah ini semua? Mungkin
kita bisa menyalahkan kelalaian korban karena kurang hati-hati dalam menyalakan
lilin. Tapi semua itu ada pemicunya bukan? Apalagi kalo bukan gara-mati listrik
mati. Semoga PLN lebih peka lagi dalam
hal keselamatan jiwa pelanggannya. Sebab
bukan tak mungkin suatu hari hal ini juga bisa menimpa saya dan keluarga Anda
semua.
- Memancing reaksi pencuri untuk beraksi.
Hal ini pernah terjadi pada
pengalaman saya sendiri. Kebetulan saya tinggal agak ke daerah yang jarak rumah
satu sama lain masih jauh-jauh. Meskipun ada beberapa yang berdekatan. Karena
masih banyaknya kebun-kebun maklumlah di kampung. Nah, begitu listrik mati di
malam hari disaat saya dan anak-anak sedang tertidur pulas, tiba-tiba
terdengarlah suara berisik dari luar kamar.
Terus terang sebagai seorang
ibu dengan tiga orang anak, rasa takut pun menyerang saya. Apalagi suami selalu
pulang larut malam. Dengan segera, saya pun mengunci kamar. Tak saya perdulikan
lagi barang-barang diluar yang hilang dibawa maling. Yang penting saya dan
ketiga anak saya selamat. Ternyata dugaan saya tidak meleset. Begitu suami
pulang dan lampunya nyala, ketahuanlah barang-barang dirumah yang hilang
seperti alat-alat elektronik dll. Dan yang lebih seramnya lagi, pisau tergeletak begitu saja
di ruang tamu.
Mungkin si maling sengaja mengambil pisau dari dapur sebagai senjata
bila yang punya rumah bangun atau mengadakan perlawanan. Benar-benar membuat
saya trauma! Yah, maling benar-benar mencari
kesempatan masuk ke rumah disaat gelap gulita, karena merasa lebih aman untuk
beraksi. Masihkah PLN menutup mata mendengar kisah saya?
Yang suatu hari bisa saja terjadi pada pelanggan lainnya.
- Terhentinya proses produksi barang industri rumah tangga
Bagi sebuah UKM yang rata-rata menggunakan mesin sebagai alat memproduksi suatu barang, akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Karena tak terpenuhinya pesanan
pembeli sesuai perjanjian yang disepakati. Bisa-bisa pembeli atau pemesan
barang komplain dan meminta ganti rugi. Hal ini tak hanya berpengaruh bagi kelangsungan gaji para karyawan
yang akan telat dibayar, tapi juga bisa menimbulkan ketidak percayaan komsumen
pada pihak produsennya.
Ini
hanya beberapa resiko yang saya ketahui, silahkan pembaca menambahkannya
sendiri. Yang lebih miris lagi selain kurangnya simpati PLN terhadap
pelanggannya, masih juga kita dengar adanya korupsi di tubuh PLN sendiri . Kita
pun patut bertanya dimana sebenarnya hati nurani? Disaat masyarakat mengeluh
kurang memuaskannya pelayanan dan respon PLN, masih ada segelintir orang yang
memanfaatkan keadaan dengan mencari keuntungan pribadi di balik derita anak
negeri. Harapan saya PLN tak hanya mewajibkan pelanggannya untuk tak telat melakukan pembayaran listrik dengan ancaman
listrik akan dicabut. Tapi juga mewajibkan diri mereka sendiri untuk tidak
telat menanggapi kebutuhan dan keluhan pelanggannya.
Langganan:
Postingan (Atom)
translasi
meninjau polling pengunjung
!-- Start of StatCounter Code -->