novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Selasa, 15 Juni 2010

ketika rumah jadi kuburan




Tentu anda bertanya-tanya, apa mungkin rumah jadi kuburan? Bagaimana bisa? Sepenggal judul diatas menggelitik saya untuk menuliskannya disini, setelah membaca sebuah kajian di majalah Ummi. Tentang rumah yang didalamnya berisi orang-orang yang tak pernah menghidupkan rumah mereka dengan bacaan Al-qur’an. Karena sepi dari bacaan, hapalan serta lantunan Alqur’an. maka penghuni rumah tersebut diibaratkan mayit yang hidup tanpa ruh. Bukankah tempat tinggal yang pantas bagi mayat adalah kuburan?
Sebagaimana rasulullah pernah bersabda “jangan jadikan rumah-rumah kalian kuburan. Sesungguhnya syeitan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR Muslim) Wajar bila rumah yang dihuni oleh para mayit akan didatangi oleh syetan dengan senang hati. Akibatnya rumah pun akan jauh dari rahmat dan berkah dari Allah.
Saya jadi ingat sebuah keluarga yang letaknya tak jauh dari lingkungan tempat tinggal saya. Sebut saja keluarganya si A. sebab tak etis rasanya saya menyebutkan nama mereka. Karena niat saya hanya ingin berbagi terhadap apa yang saya lihat dan dengar untuk diambil ibrohnya.
Keluarga si A, terutama ayah dan ibunya, hampir tak pernah membaca apalagi mempelajari Al-quran. Dan yang lebih tragis lagi, kebiasaan tersebut ia terapkan pada anak-anaknya.. Jadilah semua anaknya tak ada yang bisa membaca kitab suci, sebab sedari kecil tak pernah diajarkan membaca Al-quran. Bahkan sampai anaknya menikah dan memiliki anak.
Alhasil tak satupun anaknya yang menunaikan solat, karena tak mengerti bacaannya. Sementara orang tuanya tenang-tenang saja menyikapinya. Mungkin menganggap bahwa mengajarkan anak membaca dan mempelajari kitab Allah bukanlah suatu kewajiban, yang kelak dimintai pertanggung-jawabannya diakhirat nanti.
Kita juga sering mendapati sebuah rumah mewah yang harganya mungkin milyaran rupiah. Alangkah bagusnya rumah ini, kita mungkin berdecak kagum tanpa bisa dihindari. Namun saat kita tahu ternyata rumah tersebut sesungguhnya seperti kuburan, tatkala rumah itu sepi dari Alquran. Maka kekaguman kita seketika lenyap dan berganti dengan rasa bergidik membayangkan para penghuninya lebih sibuk dalam urusan duniawi hingga tak sempat menghidupkan hati dan rumah mereka dengan merdu dan indahnya lantunan Kitab Illahi Robbi yaitu kitab suci. Seketika kita memandang rumah tersebut tak lagi bercahaya meski bangunanya dari luar bagus dan megah.
Rasanya amat bangga dan senang bila anak-anak kita bisa lancar dan fasih membaca alquran, setelah kita masukkan ke TPA. Tentu peran guru ngaji tak bisa dianggap enteng disini. Andilnya cukup besar karena telah menghidupkan hati anak-anak kita dengan Alqur’an. Padahal bayarannya tidaklah seberapa dengan yang mereka terima.karena mengharap besarnya ganjaran pahala dari Allah. Hati yang hidup akan mudah menerima kebenaran. Kita bisa ambil sebuah pelajaran dari orang-orang yang dengan entengnya melakukan korupsi atau tindakan keji tanpa perasaan. Seolah-olah mereka tak lagi memiliki hati nurani. Dikarenakan hati mereka sudah lama mati. Nauzubillah minzalik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut