novel yang diangkat dari kisah nyata

novel yang diangkat dari kisah nyata

Kamis, 12 September 2013

Menjadi Ibu Yang Mendidik Dengan Hati

Alhamdulillah akhirnya buku kedua saya terbit juga bulan September 2013 yaitu 'Sukses Mendidik Anak Dengan Qolbu' yang diterbitkan oleh BIP Gramedia












Tebal 180 an halaman
terbit sep 2013
harga 35 ribu
 maaf belum lengkap infonya karena belum nerima bukti terbitnya tapi udah edar di toko2 buku kok  :)








Seorang pengamat anak, Kak Seto Mulyadi dalam sebuah seminar pendidikan mengatakan bahwa mendidik anak tidak perlu dengan kekerasan dan kekasaran. Mendidik itu dilakukan dengan hati. Kalau anak diajari dengan kasar dan kekerasan, anak tidak akan tumbuh sebagai pembelajar sejati dalam hidupnya. Kak Seto berpendapat bahwa kunci sukses dalam mengajar adalah menciptakan suasana yang ramah. Para pendidik harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu para pendidik harus terus belajar dan berpikir secara kreatif dalam mengajarkan ilmu kepada anak-anaknya secara menyenangkan. Jika hal ini terus menerus diasah, maka anak akan tumbuh menjadi seorang pembelajar yang sejati. Anak-anak akan memahami betul apa makna belajar, yaitu berusaha memahami, merasakan dan menyelesaikan sebuah permasalahan.

Sebagai orang tua sekaligus pendidik, kita dituntut untuk bisa mendidik anak dengan hati agar anak bisa merasa nyaman untuk mengoptimalkan potensi dirinya..Saya contohkan kisah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan hati. Ia seorang single parents asal korea yang memiliki anak cacat bernama Hee Ah Lee. Bayangkan, anaknya hanya memiliki panjang kaki sebatas lutut dengan jari-jari tangan yang hanya berjumlah empat jari. (dua dikiri dan dua dikanan) yang lebih malangnya lagi anaknya juga mengalamai keterbelakangan mental. Bila menilik secara logika, sulit membayangkan anaknya bisa sukses. Tapi berkat ibunya yang penuh cinta kasih dalam mendidiknya juga berkat gurunya yang perduli pada Hee Ah Lee, akhirnya anak tersebut berhasil menjadi seorang pemain piano yang terkenal di Asia bahkan didunia.

Timbul pertanyaan dibenak kita mengapa anak–anak yang cacat fisik dan keterbelakangan mental seperti Hee Ah Lee bisa memiliki prestasi yang mengagumkan? dan memiliki pribadi yang mulia dan bermanfaat bagi sesamanya. Hal ini tak lain karena ibu dan gurunya melihat peserta didiknya dengan
1.    Kacamata hati sehingga dia memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus
2.    Ibu dan gurunya fokus pada solusi dari persoalan yang dihadapi anaknya, dengan demikian ia bisa menemukan mutiara terpendam dari bakat Hee Ah Lee  anaknya
3.    Ibu dan gurunya sadar bahwa anak adalah titipan Allah, oleh karenanya ia jaga dengan penuh kearifan
4.    Sadar sebagai ibu dan guru yang memang telah dipilih oleh Sang Pencipta, sebab tak semua pendidik sanggup memikul beban seberat itu.

Timbullah kesadaran untuk mencurahkan perhatian pada anaknya. Jadi jangan pernah merasa Tuhan tidak adil bila anak kita memiliki kekurangan atau berbeda dengan anak yang lain karena Allah tahu bahwa sebagai pendidik kita sanggup mengatasinya. Selain itu masalah yang timbul pada anak bisa menjadi ladang amal buat kita bila sabar dalam mendidiknya.
Pentingnya mendidik dengan hati karena hati adalah dasar dari pemikiran. Bila baik hatinya maka baiklah pikirannya. Jadi salah besar bila kita lebih menjejali otak anak dengan nilai-nilai akademik yang tinggi semata sementara hatinya tetap kita biarkan kering dan gersang. Padahal ilmu pengetahuan sendiri berhasil membuktikan bahwa kualitas elektromagnetik jantung (hati) 5000 kali lebih kuat daripada otak. Lantas, mengapa kita hanya  berpikir untuk memaksimalkan potensi otaknya saja yang jauh lebih sedikit kualitasnya dari potensi/kekuatan hati?

Kehebatan hati sendiri telah Rasulullah sebutkan dalam hadistnya
“Ingatlah, dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Bila segumpal daging itu baik, seluruh tubuh akan menjadi baik. Tetapi bila ia rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuh. Segumpal daging itu bernama Qolbu. (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah juga mengatakan “Mintalah Fatwa Keapda Hatimu..” Bahkan Dolly Adler mengatakan “ Seringkali hatimu mengetahui sesuatu jauh sebelum pikiran.” Jadi berusahalah untuk selalu mendengarkan kata hati yang benar.Lalu, bagaimana untuk menjadi pendidik yang mendidik
dengan hati? rahasianya ada dalam buku ini



1 komentar:

translasi

meninjau polling pengunjung

!-- Start of StatCounter Code -->

Pengikut