“Urusan rumah tangga dan mengurus anak kan tugas para ibu, kami ayahnya hanya bertugas mencari nafkah. Kalau kami juga ikut mengurus pekerjaan rumah tangga, lantas siapa yang mencari uang? Padahal tanpa uang mana bisa membeli keperluan anak seperti susu dan keperluan rumah tangga lainnya.”
Mungkin kita sering mendengar para ayah berdalih seperti ini. Tanpa maksud menggurui sebenarnya para ibu bukan melarang suaminya bekerja dan menyuruhnya menggantikan tugas di rumah. Hanya saja para ibu ingin para ayah juga ikut ambil bagian dalam membesarkan anak. Jangan sampai pekerjaan menyita seluruh waktu para ayah sehingga tak punya waktu untuk ikut mendampingi tumbuh kembang anaknya. Sejatinya pengasuhan anak memang tugas para ibu tapi untuk penanaman nilai-nilai mutlak tugas para ayah.
Al-qur’an sendiri mengabadikan Luqman al-Hakim sebagai sosok orang tua teladan yang mendidik anaknya berdasarkan prinsip tauhidullah dan akhlak yang mulia. Luqman sendiri bukanlah seorang nabi tapi seorang wali Allah yang sholeh, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan tidak banyak berbicara, tetapi bila berbicara ia pandai mengungkapkan kata-kata yang penuh hikmah. Maka dikenallah nasehat-nasehat Luqman pada anaknya yang diabadikan dalam Al-qur’an. Kita juga mengetahui bahwa Rasulullah adalah sosok ayah teladan. Jadi jelaslah bahwa tugas utama mendidik anak adalah tugas seorang ayah karena mereka adalah pemimpin keluarga yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Bila istri dan anaknya berbuat dosa dan kerusakan selama di dunia, maka dialah yang akan menanggung siksanya. Jadi tidak main-main hukumannya.
Namun kondisi sekarang telah membuat para ayah sedikit waktu untuk ikut terlibat dalam mendidik anak akibat jam kerja yang tinggi. Dimana dari mulai subuh sudah berangkat kerja dan baru pulang setelah anak-anaknya terlelap. Terutama di kota-kota besar. Seandainya bisa, para ibu ingin agar suaminya bisa memangkas jam kerja para suaminya sehingga bisa pulang lebih cepat. Tapi apa daya, itulah fenomena kehidupan jaman sekarang. Tapi bukan tak mungkin asal ada kemauan dan rasa cinta. Sebenarnya para ayah masih bisa ikut andil misalnya saat libur kerja. Tapi yang sering kita dapatkan justru waktu libur digunakan mereka untuk istirahat penuh dengan alasan lelah telah bekerja dari senin sampai sabtu. Kalau sudah begini, para ibu hanya bisa mengelus dada. Meskipun tidak semua para ayah begitu. Disamping kesibukan para ayah, adanya krisis peran ini terjadi karena sejak dahulu sangat sedikit contoh figure ayah teladan di negeri Indonesia dengan banyaknya ibu ibu yang mengeluh dengan mengatakan
“Sebenarnya kami para ibu lebih capek karena bekerja full time 24 jam dan tak ada cuti dibandingkan para suami yang masih diberi libur dari kantor.”
Dalam kenyataan sekarang yang memprihatinkan seperti ini, tentunya masih ada beberapa orang ayah yang care pada anaknya terutama dalam hal mendidik anak. Kita bisa lihat contoh dari seorang tokoh anak yang begitu dicintai seperti Kak Seto yang begitu perduli pada dunia perkembangan anak dan seorang ayah yang
juga penulis buku yang kita kenal dengan sebutan Ayah Edi. Seorang praktisi dan konsultan pendidikan anak ini juga mengatakan bahwa, "Semua berawal dari keluarga. Ya, keluarga! Organisasi inti terkecil yang sering dilupakan banyak orang, termasuk yang membina keluarga itu sendiri.” Mereka ini adalah sedikit contoh ayah yang begitu perduli dan mencintai anaknya tanpa terganggu dengan perannya sama sekali sebagai pencari nafkah. Dalam Al qur’an disebutkan bahwa Rasulullah sendiri telah mencontohkan sikap terbaik dalam menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Beliau amat dekat dengan putrinya, Fatimah Azzahra. Sehingga sering beliau mencium kening putrinya itu. Begitupun Fatimah tak pernah segan menumpahkan curahan hatinya kepada beliau. Kedekatan itu digambarkan dengan suatu julukan untuk fatimah, yaitu
“Ummu abiha” ( Ibu bagi ayahnya) Tak heran jika karakteristik Fatimah mirip sekali dengan Rasulullah. Yah di dalam Al Quran juga disebutkan adanya dialog antara anak dengan ayahnya, bukan dengan ibunya. Hal ini terlihat dalam dialog Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail dan nasihat Luqman kepada anaknya. Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Doktor Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Pendidikan Anak Dalam Islam yang menyebutkan bahwa ayah memiliki peran yang sangat sentral dalam hal pembentukkan kepribadian seorang anak. Kita juga mendapati adanya kedekatan antara ayah dan anak lewat sebuah lagu ciptaan bimbo yang lagunya begini “ada anak bertanya pada bapaknya…dst” Untuk menjadi ayah yang mampu mendidik dan membina anak-anaknya tentu saja dibutuhkan bekal yaitu ilmu, iman dan taqwa.
Dengan begitu tugas menjadi ayah tak lagi dirasa berat bila sudah memiliki ketiga hal pokok ini.
Dalam buku Tanya jawab seputar masalah perilaku anak, Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi memberi beberapa trik yang bisa dicoba untuk mendekatkan anak sejak balita dengan ayah :
• Usahakan ayah hadir dalam aktivitas rutin anak sehingga anak terbiasa dengan kehadiran ayah, misalnya sesekali makan bersama di meja makan pada akhir pekan atau sesekali ayah bisa ikut memandikan anak
• Ciptakan komunikasi rutin meski ayah tidak ada di rumah, misalnya menelepon ke rumah pada saat jam istirahat kantor sekedar agar anak mendengar suara ayah
• Luangkan waktu sepulang dari kantor untuk bermain bersama anak. Biasanya anak laki-laki sangat menyukai “bermain kasar” dengan ayah seperti main kuda-kudaan dengan ayah sebagai “kudanya” Jika sempat, luangkan pula untuk ritual ini di pagi hari sebelum berangkat ke kantor. Selain bermain, kedekatan juga bisa terjalin dalam aktivitas lain, misalnya ayah membacakan buku untuk anak
• Ayah juga perlu menjaga perasaan anak ketika berdua saja dengan anak. Kebanyakan ayah mungkin merasa khawatir atau gelisah ketika berdua saja dengan anak (takut anak ngompol dan sebagainya) Kegelisahan ayah ini bisa loh tertangkap oleh anak sehingga membuat anak merasa tidak nyaman.
• Berikan kesempatan pada anak untuk ikut dalam aktivitas rutin ayah seperti mencuci atau mengutak atik motor meskipun ia hanya melihat saja. Saat itu ayah bisa mengajaknya bicara tentang apa yang sedang ayah lakukan. Biarkan anak bertanya dan usahakan tidak terlalu banyak larangan agar anak menikmati kebersamaan dengan ayahnya ini.
Lantas bagaimana dengan para single parents? Mampukah mereka menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya? Dalam keadaan seperti ini Allah pasti akan ikut campur dalam membesarkan anak kita. Sebagai contoh Rasulullah yang sejak kecil telah menjadi yatim piatu tapi bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan penuh teladan. Jadi tak perlu risau karena para single parents tak pernah sendiri dalam membesarkan anaknya. Saya sendiri sejak kecil juga sudah menjadi yatim. Ibu saya juga bukan seorang yang hebat untuk bisa menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak2nya. Tapi saya bisa merasakan kalau Allah telah turut campur dalam membesarkan saya hingga bisa tumbuh seperti sekarang ini. Dalam membesarkan kami ibu saya juga meminta kekuatan dari Allah lewat doa-doanya .
Artikel ini diikutkan dalam #Positif Parenting Lomba Blog Nakita
keduanya sangat penting bagi anak
BalasHapusiya pak yitno peran ortu keduanya harus:) pokoknya saling mendukung
BalasHapus