Siapa yang bisa menyangkal bahwa ikatan cinta antara ibu dan anak takkan pernah padam sampai kapanpun. Meskipun masih saja sering kita dengar adanya kasus ibu yang durhaka karena telah tega membuang, menyiksa bahkan membunuh anaknya. Bahkan sebaliknya, masih ada anak yang durhaka pada ibunya bahkan dengan tega menyakiti dan membunuh ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Ibunya yang telah berjuang mengurusnya sedari kecil. Sehingga kita mengenal malin kundang si anak durhaka. Tapi itu hanyalah segelintir dari kisah ibu dan anak yang kehilangan cinta kodrati yang harusnya mereka miliki. Masih banyak ibu yang sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Demikian juga sebaliknya. Masih banyak anak yang berbakti selalu pada ibunya.
Judul buku : 3 Anak Badung
Penulis : Boim Lebon
ISBN : 978-602-8277-82-2
Cetakan : I, Maret 2013
Penerbit : Indiva
Tebal : 192 hal
Ukuran : 19 cm
Harga : Rp 22.500,00
Buku ini mengisahkan tiga orang anak badung yaitu Mola ( 7th ), Rama ( 6th ), dan Reh ( 4th) yang dibuang oleh emak mereka Bunga Cinta Lebay karena sudah tidak sanggup lagi mengurus ketiga anaknya tanpa suaminya. Suami yang tega meninggalkannya begitu saja tanpa memberinya nafkah lahir dan bathin, dengan 3 anak yang badung pula . Mulanya mereka bertiga menyangka kalau emaknya hanya ingin menyuruh mereka mengamen di kereta sambil mencari bapak mereka yang tidak pulang pulang tiga kali lebaran. Untuk itulah mereka mau saja disuruh naik kereta ekonomi jurusan Yogya.
Tapi begitu sampai di Yogya, sang emak tidak juga kelihatan menyusul. Akhirnya Rama, Mola dan Reh memilih mengamen di Mallioborro setelah bolak-balik dari stasiun Lempuyangan ke stasiun Tugu mencari emaknya yang tak kunjung datang. Tapi mereka malah dikejar-kejar sama anak buah Mas Gundul. Anak-anak jalanan yang merasa menguasai wilayah Mallioborro tempat mereka mengamen. Akhirnya ketiga anak badung ini pun memutuskan untuk balik lagi ke Jakarta karena tidak tahan dikejar-kejar terus oleh Gundul dan anak buahnya. Menumpang truk yang bermuatan kambing jawa, akhirnya mereka sampai kembali di tanah Abang. Tapi begitu sampai di Jakarta mereka malah terpisah-pisah. Untungnya Mola dan Rama bertemu dengan Bang Sofwan sopir truk yang taat ibadah, dan mau mengajari mereka sholat. Sementara si bungsu Reh harus berurusan dengan preman dan Bandar narkoba.
Meskipun begitu, mereka tetap terus mencari keberadaan emak mereka Bunga Cinta Lebay yang biasa dipanggil Mpok Bung. Sepuluh tahun sudah mereka tak bertemu, dimanakah emak berada? Mola, Rama dan Reh hanya bisa pasrah sambil terus berusaha. Mereka yakin, emak masih merindukan dan menyayangi mereka. Ternyata Mpok Bung alias Bunga Cinta Lebay emak mereka juga merasakan hal yang sama dengan selalu merindukan dan juga terus mencari Mola, Rama dan Reh anaknya. Meskipun mereka bertiga anak badung yang dulu suka menyusahkannya. Mpok Bung benar benar merasa menyesal telah membuang mereka. Berhasilkah akhirnya ibu dan anak ini bertemu kembali?
Memang buku ini merupakan cerita humor. Terlihat dari covernya yang lucu yaitu gambar Mola dengan giginya yang besar dan jarang-jarang. Sementara Rama memegang gitar kecil yang menggambarkan dirinya pintar mengamen. Untuk si bungsu Reh digambarkan rambutnya jabrik dengan bandul gembok kunci di kalungnya.
Selain itu hal yang membuat kita tersenyum geli adalah lagu krisdayanti makin aku cinta yang diplesetkan menjadi makin aku sebel oleh Bunga Cinta Lebay, tokoh emak dalam buku ini karena saking sebelnya ama suaminya. Bahkan judul-judul yang tertera di novel ini terbilang kocak diantaranya , cause everything gonna be okay, 4 L , Lari Lagi Lari lagi, Berani karena Tul betul Tak Ye ! dan Imposible is Nothing.
Tapi hebatnya Boim Lebon berhasil menyajikan cerita ini dengan sangat mengharukan. Pokoknya kita akan menangis dan tertawa bersamaan dalam membaca novel yang bisa dinikmati oleh semua umur ini. Selain ceritanya yang seru, lucu dan mengharukan, kita juga akan menemukan kalimat-kalimat yang sarat hikmah didalamnya. Misalnya,
“Kalau kita ingin jadi orang baik, yang Maha Kuasa akan ngejagain kita” (hal108), “ Berdzikir dan berdoa adalah salah satu cara ampuh mengatasi setiap masalah” (hal 86)
Boim Lebon sendiri memiliki nama asli H Sudiyanto bin H Pandi bin Karyokromo. Dia telah menulis beberapa serial Lupus Kecil, Lupus Abg, dan novel humor lainnya . Selain pernah bekerja sebagai script writer drama di Indosiar bareng Hilman dan sekarang bekerja di RCTI sebagai Head Writer Drama, Sehingga kepiawaiannya menulis cerita terutama komedi tak diragukan lagi.
Hikmah dalam buku ini sangat menarik bahwa anak adalah harta berharga bagi orangtua sehingga para ibu bisa mengambil ibrohnya untuk tak menyia-nyiakan harta berharga miliknya begitu saja yaitu anak. Sementara hikmah bagi seorang anak yaitu bagaimanapun kesalahan yang pernah diperbuat ibu kita, beliau tetaplah seorang ibu yang akan selalu mencintai anaknya. Seorang ibu mungkin punya alasan mengapa mereka tega melakukannya seperti yang dikisahkan dalam buku ini. Juga yang dipaparkan dalam prolog buku ini seputar berita berita yang tersiar dikoran tentang ibu yang akhirnya berlaku durhaka pada anaknya. Tugas kitalah untuk selalu berbakti padanya dan terus menyayanginya apapun kesalahan yang pernah ibu kita lakukan. Sebagaimana kalimat yang tertulis dalam buku ini yaitu: Kita nggak boleh menyerah untuk menemukan kasih sayang seorang emak, karena perhatian dan kasih sayang seorang emak merupakan salah satu jalan untuk meraih kesuksesan...”(halaman 169)
Bagaimanapun ikatan cinta antara ibu dan anak adalah ikatan abadi berbuah surga. Bila keduanya saling menjaga ikatan cinta abadi yang ada dengan tidak saling mendurhakai. Niscaya Allah akan memberikan ganjaran berupa surga nan abadi bagi keduanya yaitu pada si ibu dan anaknya
.
Aku selalu suka bku-bukunya Bpim lebon mbak. Lucuuuuu
BalasHapusiya mbak fardelin hacky tapi waktu aku ketemu orangnya gak selucu aslinya malah agak serius loh
BalasHapus