Mendidik anak menjadi seorang pemimpin sangatlah penting karena selain anak adalah asset yang sangat berharga bagi orangtua dan negaranya, anak juga merupakan calon pemimpin bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya kelak. Selain itu manusia pada dasarnya memang dilahirkan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Untuk itulah sebagai orang tua kita perlu sejak dini menanamkan karakter pemimpin pada anak diantaranya jujur, peka, berani, mandiri, adil, tangguh, kreatif, religius dan karakter pemimpin lainnya.
Sebagai seorang ibu dari tiga orang anak, saya punya cara tersendiri dalam menanamkan karakter pemimpin pada anak saya yaitu lewat media cerita. Tentunya dengan memilih cerita yang tepat Mengapa saya memilih media cerita? karena . pada dasarnya semua anak senang dibacakan buku cerita termasuk ke tiga anak saya. Bahkan putri bungsu saya yang sekarang berusia 5 tahun sejak usia 3 tahun paling senang bila dibacakan buku cerita apalagi menjelang tidur. Biasanya dia bisa minta dibacakan cerita yang sama sampai berulangkali dan sedikitpun tak pernah merasa bosan.
Bahkan kita juga bisa bercerita pada anak sesuai situasi yang sedang dibutuhkan misalnya bercerita tentang anak yang enggan minum obat, anak yang malas sikat gigi, anak yang susah disuruh mandi, anak yang ogah makan sayuran dsb.
Tapi kenyataannya masih banyak orang tua yang mengaku tidak punya waktu karena sibuk bekerja. Ini benar-benar memprihatinkan. Padahal dalam membacakan cerita bisa kapan saja misalnya ketika anak mau tidur, atau bisa juga meluangkan waktu sejenak bersama anak yang hanya beberapa menit ditengah-tengah kesibukan. Pertimbangkanlah selalu kepentingan anak diatas segalanya. Yang penting keleluasaan dan kenyamanan adalah hal yang harus menjadi prioritas.
Bagi saya betapa dahsyatnya kekuatan cerita selain melekatkan hubungan orang tua dan anak. Karena ketika saya membacakan cerita, otomatis saya dan anak-anak bisa menghabiskan waktu bersama secara pribadi. Untuk menjelajahi dunia yang ada dalam bacaan tersebut. tentunya bila ini rutin dilakukan oleh ibu yang lain, tentu akan menjauhkan jarak antara orang tua dan anak. Apalagi bagi orangtua yang selalu sibuk bekerja di luar rumah. Ditambah lagi ketika bercerita kita memeluk dan membelai anak dengan kasih sayang. Ini sebuah terapi yang sangat manjur bagi pertumbuhan dan perkembangan anak Kedahsyatan lainnya menurut saya yaitu
.
- Memperluas kosa kata anak. Lewat kisah-kisah yang kita bacakan, anak mendapatkan kosa kata baru yang sebelumnya tidak dia kenal. Ini juga bisa melatih anak untuk memperkaya bahasanya. Untuk itu hendaklah dalam bercerita, usahakan selalu mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas. Terbukti Putri tertua saya yang masih duduk dibangku sekolah dasar sudah bisa menulis cerita hingga 30 halaman. " Ini berkat buku-buku yang selalu kakak baca Ma, jawabnya bangga.
- Membangkitkan sikap kritis anak. Biasanya untuk menuntaskan rasa penasarannya anak akan bertanya sehabis mendengar cerita kita. Inilah kesempatan kita untuk menanyakan tentang isi cerita dan pendapat anak tentang perilaku si tokoh cerita. Tentu saja jenis pertanyaannya harus disesuaikan dengan usia anak.
- Meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Jelas sekali bila anak sering mendengarkan cerita, maka kemampuan berbicaranya kian terasah. Usahakan untuk tidak menggunakan bahasa yang dicadel-cadelkan karena anak akan menirunya. Tentu tidak bagus untuk perkembangan bahasanya. Jadi ucapkanlah dengan kalimat yang sempurna dan lengkap melalui artikulasi yang jelas pengucapannya.Alhamdulillah sejak balita anak saya tak pernah ngomong cadel. Bahkan selalu ada kosakata baru yang ia ucapkan akibat senang menyimak kata-kata yang saya ucapkan saat bercerita
-Menanamkan karakter yang positif. Cerita yang tokohnya berkarakter baik seperti suka menolong, baik hati, jujur dsb akan tertanam di otak anak. Dengan begitu kemungkinan besar dia akan mencontohnya karena anak ibarat spon yang mudah menyerap atau meniru apa saja yang ia dengar dan lihat. Ini saya praktekkan saat bercerita tentang kisah si kancil yang suka mencuri timun. Diakhir cerita sengaja saya jelaskan pada anak bahwa mengambil milik orang lain seperti yang dilakukan si kancil tidak baik karena itu namanya mencuri. Allah tidak suka dengan orang yang suka mencuri dan akan memberinya hukuman. Aha...! beberapa hari kemudian Alisha putri bungsu saya pun selalu bilang dulu saat meminjam barang temannya. Padahal sebelumnya dia selalu membawanya pulang begitu saja karena dia pikir mainan temannya miliknya juga hehehe.
-. Memupuk anak untuk senang membaca dan cinta pada buku. Karena lewat bukulah pertamakali anak mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan. Jadi begitu dia ingin mencari tahu akan sesuatu, bukulah pertama-tama yang ia cari sebagai narasumber. Dengan begitu lama kelamaan rasa cinta akan buku pun tumbuh dihatinya. Terbukti ketiga anak saya jadi senang membaca buku. Tak heran bila saya pergi maka mereka selalu minta dibelikan buku cerita dan sangat senang saat dibawa ke toko buku hingga antusias memilih-milih buku cerita yang mereka minati. Mungkin awalnya hanya senang pada buku cerita, tapi lama-lama anak juga akan terpancing untuk membaca buku pengetahuan dsb. Yang terpenting minat bacanya sedari kecil sudah tumbuh.
-. Mengasah kemampuan untuk mendengarkan. Ini jelas sebab disaat kita membacakan cerita, otomatis anak berusaha mendengarkan dengan baik hingga tuntas. Sebagai ibu saya selalu terkesan saat mata bulat Alisha dan wajah seriusnya menyimak cerita hmmmmm....Begitu juga saat guru Tk nya membacakan cerita tentang anak yang hobi marah-marah. "Ayo siapa yang ingin masuk surga? tanya gurunya sambil melihat wajah lugu anak-anak muridnya. "Saya...saya Bu Guru," jawab anak-anak termasuk Alisha. "Makanya mulai sekarang jangan suka marah-marah seperti Nisa yah anak-anak, " jawab Bu Leni tersenyum. Nisa adalah tooh dalam cerita yang dibacakan bu guru Leni .
-. Mengembangkan imaginasi dan kreativitas anak. Yups !Anak akan membayangkan bagaimana tokoh cerita dari gambar-gambar yang ia lihat sehingga memancing kreativitasnya. Contohnya Pernah suatu kali ketika membacakan Alisha 4 thn buku cerita, saya hampir tertidur karena mengantuk. Tiba-tiba dia mengambil buku dari tangan saya dan berkata, “Mama capek yah sekarang biar gantian Lisha yang cerita.” Saya pun tersentak dan tersenyum-senyum sendiri saat mendengar dia bercerita dengan gayanya yang polos. Surprisenya lagi, ceritanya dia tambah-tambah sendiri sesuai imaginasinya hohoho……Hanya saja kita perlu waspada dengan imaginasi yang menjurus pada kekerasan dan kejahatan. Imaginasi ini perlu kita luruskan sejak dini agar anak tak terlanjur menyimpannya di memori otak mereka. Sebaliknya imaginasi yang baik mampu menciptakan hal-hal yang baru misalnya karena imaginasilah yang telah membuat manusia menjadi pencipta atau penemu hal-hal yang hebat seperti menciptakan bola lampu, computer dan menciptakan gedung-gedung pencakar langit. Begitu luarbiasanya keajaiban dari sebuah imaginasi
- Belajar memecahkan masalah. Dalam cerita-cerita yang di dengar anak, tentu memiliki aneka pemecahan masalah. Insya Allah perlahan-lahan anak akan menerapkan dalam kesehariannya yang akan terbawa hingga dewasa kelak. Misalnya dalam contoh cerita yang mengajarkan untuk bersikap sabar.
- Mengasah rasa empati dan simpati. Dalam sebuah cerita yang ia dengar anak akan menemukan kalimat-kalimat ajaib lewat reaksi tokoh cerita misalnya empati, simpati , kekesalan, dan kegemasan misalnya “Mengapa kamu menangis? atau mengapa kamu marah wahai kancil? Apakah kamu membutuhkan pertolongan?” Dsb.
Bagi orang tua dan pendidik yang ingin memperaktekkan cara ini, saya punya tips dalam bercerita yaitu
• Memperhatikan anak dalam bercerita
• Gunakan ‘body language’
• Jangan terlalu cepat dan gunakanlah intonasi yang berbeda sesuai karakter dengan tekhnik fast, slow, dan pause saat membaca
• Beri anak dorongan untuk berinteraksi dan berpartisipasi misalnya dengan menanyakan pendapatnya tentang pesan moral yang terkandung. Beri juga anak pujian dan pelukan bila dapat menyebutkan pesan moral dan contoh perilaku yang sesuai.
• Bacakan dengan hati dan menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, gerakan dan kata-kata yang berulang untuk melibatkan anak masuk dalam cerita
• Kalo bisa ulang cerita yang sama berulang kali karena anak anak akan membangun pemahaman mereka terhadap cerita tersebut. Seperti yang saya katakan sebelumnya, Alisha 4 thn selalu minta dibacakan cerita yang sama berkali-kali. “Ma, bacain lagi ceritanya.” Jadi saya bisa 3-4 kali membacakan cerita yang sama untuk anak saya.
• Lakukan dramatisasi misalnya dengan menggunakan efek tertawa, merengek, menjerit, berbisik, sedih, meraung, dan meniru suara binatang sesuai karakter dalam cerita
• Selalu menstimulasi anak dengan pertanyaan cerdas seputar cerita dan pertanyaan pancingan tentang kelanjutan cerita menurut anak. Intinya biarkan mereka bertanya
• Beri kesempatan anak bercerita dengan bahasa mereka. Umumnya anak usia tiga tahun sudah mampu menceritakan kembali. Contohnya putri saya Alisha 4 tahun senang membacakan cerita menurut versinya setelah saya bacakan cerita untuknya. Tak perlu diinterupsi biarkan anak mengembangkan imaginasinya saat bercerita.
• Jadikanlah moment membaca cerita sebagai media komunikasi yang menyenangkan
Jadi, tak ada alasan lagi bagi saya untuk malas membacakan buku cerita pada anak ketika tengah capek dan mengantuk Melihat perannya yang begitu besar dalam pembentukan karakter si buah hatiku.. Tentunya dibarengi dengan teladan yang baik juga dari sikap kita sehari-hari karena tidak lucukan bila kita bercerita tentang jeleknya sikap seseorang yang tidak jujur sementara kita orang tuanya suka berbohong di depan anak. Hal ini akan membuat anak menjadi kurang percaya pada kebenaran yang kita utarakan sehingga tidak akan ditiru dan tidak meresap dihati anak karakter baik yang coba kita tanamkan lewat cerita. Contohnya tindakan korupsi yang banyak dilakukan para pemimpin negeri ini. Bukankah awalnya merupakan bibit dari ketidakjujuran dan suka mengambil hak milik orang lain tapi selalu dibiarkan begitu saja? Inilah cara saya menanamkan karakter pemimpin pada anak. Bagaimana dengan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar